“Kalau memang itu program pemerintah, oke-oke saja. Sejauh menguntungkan buat nelayan,” kata Ketua DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Kabupaten Brebes, Rudi Hartono, 43, saat dihubungi Metrotvnews.com, Kamis (10/9/2015).
Rudi mengaku pernah bereksperimen menggunakan BBG sendiri. Dia mengaku bisa mencapai ratio penghematan hingga 30 persen. Saat ia menggunakan mesin kecil berbahan bakar premium, sehari bisa mencapai 3 liter. Kemudian dicoba menggunakan elpiji 3 kg, sehari hanya habis satu tabung.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
“Dulu harga bensin (premium) masih Rp5.500 sedangkan gas elpiji 3 kg Rp9.000,” ujar Rudi.
Saat ini, kata Rudi, operasional kapal nelayan ukuran 5 GT (gross tonnage/tonase kotor) membutuhkan rata-rata 30 liter solar per hari. Untuk ukuran 10-30 GT bisa mencapai 150-200 solar liter per hari.
“Alatnya kan mahal, jadi kalau memang program pemerintah ya seharnya gratis baru bisa membantu nelayan,” harapnya.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Pemkab Brebes Tandi Api mengaku siap mendukung program konversi solar nelayan ke BBG. Menurutnya, ini merupakan terobosan guna meringankan beban operasional nelayan sehingga dapat menambah pendapatan nelayan.
Saat ini jumlah kapal nelayan di Pantura Brebes mencapai 2.894 unit dengan jumlah nelayan mencapai 15.101 jiwa.
Seperti diketahui, salah satu paket kebijakan ekonomi tahap I, Presiden Joko Widodo menyebut akan menghemat biaya bahan bakar nelayan hingga 70 persen. Langkah, yang disebut untuk mensejahterakan nelayan, itu dilakukan dengan mengkonversi minyak solar ke BBG.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)