Permintaan itu disampaikan langsung oleh General Manager PT Agkasa Pura I Bandara Ahmad Yani, Maryanto, secara tertulis. Dia mengaku surat telah dikirim.
"Intinya kami memerlukan pasukan anti-teror dan jihandak apabila ada kondisi terjelek di Bandara Ahmad Yani. Kami hanya minta stand by apabila ada emergency atau kondisi merah," kata Maryanto, di Semarang, Rabu, 14 Juni 2017.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Maryanto merasa perlu melayangkan surat permohonan tersebut mengingat ancaman teror sudah masuk ke Filipina. Seperti diketahui, Filipina hingga saat ini sedang gencar menumpas gerakan terorisme jaringan Islamic State (IS) di salah satu wilayahnya, Marawi.
Atas kondisi itu, Maryanto menegaskan Angkasa Pura I harus bersiaga penuh mengamankan Bandara Ahmad Yani.
"Karena indikasinya perkembangan di Manila seperti itu. Kemudian Panglima siagakan tujuh kapal perang di Sulawesi Utara. Namanya pergerakan orang bisa saja (masuk ke Indonesia) lewat mana-mana," tegas Maryanto.
Selain itu, Angkasa Pura I juga berkirim surat pengamanan ke Kepolisian Daerah Jawa Tengah untuk mensiagakan pasukan dari satuan Gegana. Menurut Maryanto, Bandara Ahmad Yani mulai membuka posko pengamanan arus mudik sejak 15 Juni hingga 11 Juli 2017.
Selama arus mudik, kata Maryanto, Bandara Ahmad Yani bakal dijaga ketat oleh 150 petugas keamanan. Mereka bakal bergiliran menjaga area Bandara dari pagi sampai malam.
"Mudah-mudahan posko berjalan lancar dan tidak terjadi apapun. Kalau ada yang menonjol, mudah-mudahan yang klasik seperti macet kepadatan penumpang," jelas Maryanto.
Menurut Maryanto, selama arus mudik, Bandara yang biasanya melayani penerbangan sampai pukul 22.00 WIB bakal diperpanjang hingga pukul 00.00 WIB. Ahmad Yani dipastikan belum bisa melayani penerbangan selama 1 x 24 jam.
"Karena kita masih melakukan perbaikan runway dan overway. Itu tidak bisa dihindari. Jadi perbaikan dilakukan malam," tegas Maryanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)