Gilang merupakan satu dari tiga polisi yang tewas dalam ledakan bom di Kampung Melayu, Jakarta Timur, Rabu malam 24 Mei 2017. Mereka gugur dalam tugas mengawal pawai akbar menyambut Ramadan di Jakarta.
Baca: Kronologis Ledakan di Kampung Melayu
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Rohmat, paman, mengaku sangat kehilangan Gilang. Di mata keluarga, Gilang merupakan sosok yang ramah dan mudah bergaul dengan siapa saja.
"Dia gampang mencari teman dan dekat dengan teman-temannya," ungkap Rohmat ditemui di rumah duka di Kampung Srago Gede RT 007 RW 005 Kelurahan Mojayan, Klaten.
Gilang bertugas di Jakarta. Orang tua Gilang pun tinggal di Ibu Kota.
Namun Gilang tak pernah lupa dengan kampung halamannya. Gilang kerap pulang kampung dan bersilaturahmi dengan keluarga serta teman-temannya di Klaten.
Rohmat mengatakan Gilang masuk ke kepolisian sejak lulus SMA. "Sekitar tahun 2012," lanjut Rahmat.
Rohmat menjelaskan, Gilang mendaftar masuk kepolisian sejak lulus SMA. "Sekitar tahun 2012," imbuhnya.
Gilang merupakan anak sulung. Sehingga harapan orang tua berada di pundaknya. Orang tuanya ingin ada anaknya yang menjadi anggota TNI maupun Polri.
"Gilang pernah mendaftar di Angkatan Darat, Angkatan Udara, dan kepolisian. Tapi ia diterima di kepolisian," papar Rahmat.
Setelah bergabung dengan kepolisian, Gilang bertugas di Jakarta. Ia tinggal bersama ayah dan ibunya yang juga bekerja di Jakarta.
Rohmat menuturkan, masa kecil Gilang banyak dihabiskan di Klaten, Jawa Tengah. Sejak balita hingga lulus SMA, Gilang tinggal di Klaten.
"Makanya temannya disini banyak dan dia sering pulang. Jenguk pakdhe, budhe, nenek dan temannya," imbuhnya.
Hingga berita ini dimuat, mobil yang mengangkut jenazah Gilang belum tiba di rumah duka. Rencananya, keluarga mengebumikan almarhum di tempat pemakaman umum Gedong, Klaten.
Wakapolda Jawa Tengah akan memimpin upacara pemakaman yang dikemas dengan tata cara kepolisian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)