"Ini bagian kemudi untuk pilot," ucap Sumirah, guru pendamping, di samping Sintiya yang sedang memegang kemudi pesawat.
Dengan sabar, Sumirah menjelaskan pada Sintinya tentang bagian-bagian pesawat. Tangan mungil Sintiya tak berhenti menyentuh, mewakili matanya yang tak bisa melihat. Dari depan, sayap, hingga ekor pesawat, semua ia sentuh.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Sayang, meski sudah mengelilingi pesawat, Sintiya mengaku masih belum bisa menggambarkan wujud pesawat. "Bentuknya belum tahu bagaimana. Tapi, tadi sudah pegang-pegang semuanya," Sintiya sambil tersenyum lebar.
Sintiya tak sendiri. Ada tiga siswa tunanetra lain yang diajak guru SLB 1 Gunungkidul mengunjungi JIAS 2017.
Menurut Sumirah, empat muridnya tersebut baru pertama kali bersinggungan langsung dengan burung besi. Ia sengaja mengajak empat muridnya ke JIAS 2017 untuk mengenalkan tentang kedirgantaraan.
"Murid di sekolah ada 130, yang empat tunanetra. Mereka selama ini mengetahui pesawat hanya dari miniatur yang ada di sekolah," ujarnya.
JIAS 2017 resmi dibuka di Lanud Gading, Playen, Gunungkidul hari ini. Acara ini melibatkan atlet dari sejumlah negara.
(Baca: 1.000 Pesawat Chuck Glider Mengudara di Pembukaan Jogja International Air Show)
Selain di Gunungkidul, JIAS 2017 juga digelar di kawasan Candi Prambanan, Sleman pada Kamis, 27 April 2017; Wates, Kabupaten Kulon Progo dan Candi Borobudur pada Jumat, 28 April 2017; serta Dirgantara Karnaval di Malioboro pada Sabtu, 29 April 2017. Acara penutupan dilakukan di kawasan Pantai Depok, Bantul serta konser di Alun-alun Utara pada Minggu, 30 April 2017.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(NIN)
