Drama kolosal peringatan serangan empat hari di Kota Solo, Jawa Tengah. (Metrotvnews.com/Pythag Kurniati)
Drama kolosal peringatan serangan empat hari di Kota Solo, Jawa Tengah. (Metrotvnews.com/Pythag Kurniati) (Pythag Kurniati)

Ketika Merah Putih Kembali Berkibar di Kota Solo

hut tni
Pythag Kurniati • 05 Oktober 2015 11:33
medcom.id, Solo: Pasukan Belanda berangsur-angsur menduduki Kota Solo, Jawa Tengah setelah melakukan agresi militer di Kota Yogyakarta. Dalam konvoi pasukan dari Yogyakarta menuju Solo, pasukan Belanda menembaki rakyat secara membabi buta.
 
Para pejuang di Kota Solo tidak tinggal diam. Sesampainya Belanda di Kota Solo pada 22 Desember 1948, terjadilah pertempuran di bawah pimpinan Mayor Achmadi pada 8 Februari 1949 dan 2 Mei 1949.
 
Pada 3 Agustus 1949, Letnan Jenderal Van Vreeden membalas, dengan melancarkan serangan ke Markas Gubernur Militer Divisi 2 TNI Kolonel Gatot Subroto. Belanda juga menghancurkan pemancar RRI di Desa Balong, Karanganyar. 

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Pada hari itu pula, sekitar pukul 22.00 WIB, Panglima Besar Jenderal Sudirman memerintahkan penghentian serangan. Perintah gencatan senjata itu mulai berlaku sejak 11 Agustus 1949 untuk wilayah Jawa.
 
Letkol Slamet Riyadi dan Mayor Achmadi berencana menggunakan kesempatan sebelum gencatan senjata untuk mendapatkan posisi tawar dan mengusir Belanda dari Kota Solo. 
 
Mereka merencanakan serangan umum yang digagas di Monumen Juang 45 Banjarsari, Solo. Minggu, 7 Agustus 1949 dimulailah serangan 4 hari di Kota Solo.
 
TNI bersama rakyat berjuang mengusir Belanda. Pertempuran terjadi di beberapa titik seperti Tipes, Panularan, Benteng Vastenburg, dan Pura Pamedan Mangkunegaran. 
 
Akhirnya, Belanda melalui Kolonel Van Ohl menyerahkan kedaulatan Kota Solo kepada Letkol Slamet Riyadi. Bendera Merah Putih pun kembali berkibar di Sriwedari.
 
Sejarah serangan 4 hari di Kota Solo tersebut dimainkan dengan totalitas oleh 500 orang pemain yang terdiri dari TNI, berbagai organisasi dan siswa-siswi di Kota Solo.
 
“Sejarah ini untuk mengingatkan kita bahwa tidak mudah mempertahankan kemerdekaan. Maka kita semua berharap generasi muda pun akan tersulut semangatnya setelah melihat drama kolosal ini,” ungkap Komandan Korem 074 Warastratama, Kolonel Inf Bhakti Agus Fajari, Senin (05/10/2015).
 
Salah seorang warga Solo, Nuryanti, 20, mengungkapkan terharu dengan drama kolosal dalam rangka HUT ke-70 TNI itu. “Rasanya seperti melihat perjuangan secara langsung di depan mata. Ada yang tertembak, menangis kehilangan. Tapi semua itu demi Merah Putih,” katanya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(SAN)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif