Apakah memungkinkan adanya Sultan wanita pada keraton Yogyakarta? Adik tiri Sri Sultan HB X, Gusti Bendoro Pangeran Haryo (GBPH) Yudhaningrat mengatakan wanita tidak mungkin menjadi sultan di Yogyakarta.
"Kalau dari trah Hamengkubuwono tidak mungkin (adanya sultan wanita). Mataram Hindu boleh rajanya perempuan. Tapi kalau Islam tidak," ujar Gusti Yudha pada Metrotvnews.com di kediamannya di Yudhaningratan Yogyakarta.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Gusti Yudha mengaku kesetaraan gender di era modern. Namun, tegasnya, kerajaan di Indonesia berbeda dan tak bisa disamakan dengan kerajaan di luar negeri. Misalnya Inggris dan Belanda yang menjadikan perempuan atau Ratu sebagai pemimpin kerajaan.
"Budaya di Inggris dan Belanda beda dengan kita. Agama juga beda. Kalau mereka agamanya Katolik, sedangkan Indonesia Islam. Negara Amerika saja yang paling demokratis di dunia tidak pernah ada presidennya wanita," jelas adik Sri Sultan itu.
Bila Sri Sultan ngotot mengangkat putri sulungnya sebagai penerus tahta, Gusti Yudha khawatir akan terjadi pertentangan tiada henti di masyarakat.
"Masyarakat belum bisa menerima (Sultan wanita). Yang tidak terima seperti dari kaum adat dan masyarakat muslim di Yogyakarta. Kalau dipaksakan akan terus bergejolak nantinya," tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)