Ketua Bidang Seni Modern pada Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kabupaten Jepara Sarjono menyampaikan, pada peringatan Hatedu ke 55 tahun ini, diharapkan menjadi momentum menciptakan karakter pementasan teater Jepara. Pasalnya, sejauh ini pementasan teater Jepara belum memiliki ciri.
“Mestinya kelompok-kelompok teater di Jepara memiliki karakter pementasan yang khas, karena selama ini bentuk-bentuk pementasan teater Jepara ya, sama dengan kelompok-kelompok teater pada umumnya,” ujar Sarjono usai sarasehan di halaman parkir Museum Kartini Jepara, Selasa 28 Maret 2017.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Untuk menciptakan karakter yang khas, Sarjono melanjutkan, seni teater modern dapat dikolaborasikan dengan seni teater tradisional. Seperti pedalangan, ketoprak atau emprak.
“Apalagi jika dipadukan dengan seni Emprak. Kesenian tradisional yang satu ini asli dari Jepara dan sekrang sudah hampir punah. Di Emprak juga ada alur cerita yang diperankan tokoh-tokoh sama seperti seni teater modern,” beber Sarjono.
Hal senada disampaikan Kepala Bidang Kebudayaan pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jepara Agus Tri Harjono. Di hadapan ratusan peserta sarasehan Agus menyampaikan, langkah lain yang bisa dilakukan untuk menemukan karakter teater Jepara adalah dengan menggunakan dialek.
“Beberapa kosakata bahasa Jawa dialek Jepara tidak ditemukan di daerah lain,” kata Agus.
Selain sarasehan, peringatan Hatedu di Jepara yang diprakarsai Komite Teater DKD Jepara, juga diramaikan dengan pementasan teater oleh Teater Amongjiwo dari SMK Negeri 1 Kedung, Teater Bosas dari SMK Negeri 3 Jepara, komunitas Teater LOR, dan Komunitas Pojok Kidul (KPK) Welahan. Sementara, workshop penyutradaraan teater diisi Abdi Munif, jebolan Taeter SS Universitas Negeri Semarang (Unnes). Dan workshop keaktoran disampaikan Rois Kedun alumni Teater Gema IKIP PGRI Semarang.
(SAN)