Menurut salah satu warga, Sopiah, 40, kondisi krisis air bersih ini sudah dirasakan hampir dua bulan terakhir. Ia bersama dengan warga lain harus bergantian antre di salah satu pipa yang masih mengalirkan air.
“Antre-nya sampai dua-tiga hari, karena air yang keluar sedikit, sedangkan yang antre banyak, gantian sama warga lain. Dua atau tiga hari paling dapat dua jeriken. Di dusun sini, cuma tinggal satu pipa ini yang airnya masih mengalir,” katanya di tempat antrean, Minggu, 23 Juli 2017.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Sopiah menuturkan, untuk memenuhi kebutuhan air, selama musim hujan, ia menampung air di kolam. Air hujan ini digunakan untuk mencuci dan mandi. Sedangkan untuk kebutuhan minum dan memasak, ia membeli air bersih dari pedagang air keliling.
“Kalau masih ada hujan, saya pakai air hujan. Tapi kalau kemarau seperti ini, saya harus beli air. Satu tangki air harganya Rp250 ribu. Setengah bulan saja sudah habis," ujarnya.
Kepala Desa Batursari, Tamat, menyampaikan, di dusun Kacip terdapat 75 Kepala Keluarga (224 jiwa). “Harapan kami, Pemda secepatnya memberikan bantuan air bersih di Dusun Kacip. Kami dari pihak desa sudah melayangkan surat ke BPBD,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)