"Seandainya saya diambil, anak cucu harus mengikhlaskan saya," ungkap cucu Mbah Gotho, Suryanto menirukan ucapan kakeknya, Senin, 1 Mei 2017.
Pesan itu diucapkan sekitar pertengahan April 2017 lalu sebelum Mbah Gotho dibawa ke RSUD Dr Soehadi Prijonegoro, Sragen. "Pesannya memang sudah agak lama tapi kami masih ingat betul. Itu wejangan terakhirnya pada keluarga," jelasnya.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Mbah Gotho, lanjutnya, sempat dirawat selama enam hari di rumah sakit sejak 12-17 April 2017. "Di sana hemoglobinnya rendah. Kemudian ditambah darah dan kondisinya membaik. Mbah kemudian minta pulang," tutur Suryanto.
Sebelum kakeknya mengembuskan nafas terakhir, Suryanto dan keluarganya sama sekali tidak memiliki firasat apapun. Mbah Gotho, kata dia, bahkan sempat meminta bangun, berdiri dan berjalan-jalan.
"Saya sendiri enggak ada pikiran Mbah Gotho mau meninggal. Karena paginya masih sempat berkomunikasi. Minta kecing, minta bangun, masih bilang," ujarnya.
Meski begitu, Suryanto menambahkan, kondisi Mbah Gotho memang lemas sebelum ia wafat. "Selama tujuh hari sampai akhir hayat Mbah tidak mau makan dan minum," papar dia.
Pantauan Metrotvnews.com di lapangan, para pelayat telah memenuhi rumah cucu Mbah Gotho di Dukuh Segeran RT 018 RW 008, Desa Cemeng, Sambungmacan, Sragen. Mbah Gotho akan dimakamkan di TPU Tanggung, Segeran, Sambungmacan, Sragen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)