Saminem, 63, kecipratan berkah tradisi grebeg Maulid yang berlangsung di depan Masjid Gedhe Kauman. Satu per satu warga yang menyaksikan tradisi itu mendekati Saminem.
Warga tertarik dengan puluhan telur berwarna cangkang merah dari bakul di depan Saminem. Mereka kemudian membeli beberapa telur.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Endog abang. Demikian nama barang dagangan Saminem itu. Saat pembeli memesan, Saminem menancapkan telur pada batang lidi berhiaskan rumbai.
"Alhamdulillah hari ini laku 7 kilogram. Biasanya juga cuma 5 kilogram," kata Saminem yang meiliki 8 cucu itu kepada Metrotvnews.com, Senin (12/12/2016).
Di saat bersamaan, keramaian grebeg Maulid tampak di depan masjid. Usai berebut gunungan, beberapa pengunjung mendekati Saminem. Sang penjual pun sigap melayani pembeli dengan tangan keriputnya.

(Warga membeli endog abang di Yogyakarta, MTVN - Patricia Vicka)
Bukan sekadar mencari rezeki, Saminem mengaku menjual endog abang untuk mempertahankan tradisi di grebeg Maulid. Endog abang, katanya, dipercayai secara turun temurun sebagai simbol kelahiran yang mendatangkan rezeki.
Bentuk endog abang menyerupai manusia. Telur menjadi kepalanya. Lidi adalah tubuhnya. Sedangkan kertas rumbai merupakan organ tubuh manusia.
Bagi Saminem, endog abang merupakan salah satu bentuk rasa syukur yang seirama dengan hakikat grebeg Maulid. Makna berjualan di hari Maulid pun untuk memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad.
"Kata Mbah saya, ini untuk memperingati lahirnya Nabi Muhammad. Yang beli ini dipercaya dapet berkah, bisa awet muda juga," ujar Saminem yang berjualan endog abang sejak 1970.
Warna merah pada cangkang telur berasal dari zat pewarna makanan. Sementara rasa dan warna isi telur sama saja dengan telur-telur lainnya.
Saminem menjual endog abang Rp4.000 per butir. Bila bentuk dan pewarnaannya bagus, ia menjual satu butir telur merah itu seharga Rp5.000. Selama perayaan Maulid, Saminem mengaku meraup omset hingga Rp225 ribu per hari.
Bukan hanya Saminem yang berjualan endog abang. Cipto Dikromo, perempuan berusia 75 tahun, juga panen rezeki dari jualan endog abang.
"Yang paling ramai itu malam Minggu dan Minggu malam. Anak saya ikut bantu angkat bakul karena saya enggak kuat angkat berat-berat," kata perempuan asal Sewon, Bantul itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)