Khodijah, 53, sehari-hari berjualan ayam potong di Pasar Grogolan, Landungsari, Kabupaten Pekalongan. Sedangkan suaminya, Abdul Hakim, 63, tidak lagi bekerja karena berusia lanjut. Untuk mewujudkan cita-citanya ke Tanah Suci, setiap hari Khadijah menabung sedikit demi sedikit.
“Saya nabung setiap hari Rp3 ribu hingga terkumpul Rp10 juta. Setelah itu, baru saya berani mendaftar,” ungkapnya pada Jumat (4/9/2015).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dengan penghasilan sekitar Rp1,5 juta sebulan, awalnya Khodijah tidak yakin mampu berangkat ke Tanah Suci. Sebab, ia menggunakan dana haji talangan. Skema dana talangan mengharuskan calon jemaah menyetorkan uang Rp1,5 juta per bulan.
Jelas, jumlah itu terlihat cukup berat. Belum lagi, Khadijah harus mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarganya.
“Jika dipikir-pikir, penghasilan saya dan uang yang harus saya setorkan jumlahnya sama," kata Khadijah.
Tetapi, dia yakin, tekatnya untuk sowan ke rumah Allah akan membawa berkah tersendiri. Kegigihan dan kebulatan tekat itulah yang menjadikan keseharian Khadijah terasa ringan. "Kalau kita yakin ternyata Allah akan menolong kita melalui berbagai cara. Nyatanya saya masih bisa kasih uang ke anak juga,” jelasnya.
Setelah mengantre selama lima tahun, akhirnya Khadijah dan Abdul Hakim akan berangkat Sabtu, 5 September 2015. Semoga menjadi haji mabrur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)