Mendengar itu, Kepala KBBBS Ahmad Nurani, menyebut pemerintah Turki kurang aktif. "Pihak kedubes tidak pernah melakukan komunikasi," kata Nurani.
Ditemui di kantor KBBBS, Jalan Wates Km 10, Argomulyo, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat 29 Juli, dia menyebut sekolahnya sudah tidak memiliki kaitan dengan yayasan di Turki tersebut.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Nurani menjelaskan, sekolah berdiri pada 2011. Sejak awal, sekolah berada di bawah Yayasan Pendidikan Kesatuan Bangsa Mandiri, yang diketuai Suharyadi dan pembina Probo Sutedjo. Ia tak membantah jika saat awal sekolah berdiri pernah bekerja sama dengan Yayasan Pasiad dari Turki.
Saat bekerja sama dengan Yayasan Pasiad tersebut, di antaranya dalam hal manajemen, pemberian bantuan bentuk fisik, seperti meja belajar dan laboratorium. "Sejak 3 Juni 2015, sekolah kami tidak ada hubungan dengan Turki. Sudah tidak ada imbasnya," ungkap Nurani.
Ia juga mengungkapkan, pendanaan sekolah secara penuh barasal dari siswa. Dari sisi tenaga pengajar, pihak sekolah telah melakukan pencarian guru secara mandiri.

Kepala Kesatuan Bangsa Bilingual Boarding School, Ahmad Nurani. Foto: Metrotvnews.com/Ahmad Mustaqim
Meskipun, sampai saat ini di sekolah tersebut masih memiliki tiga pengajar asing, yakni dua guru dari Turki dan seorang guru dari Amerika dengan sistem Satuan Pendidikan Kerjasama (SPK). Dua guru dari Turki tersebut mengajarkan pelajaran sains, sementara seorang guru dari Amerika mengajarkan bahasa asing.
"Kami murni dalam hal pendidikan. Guru-guru tidak ada hubungan dengan politik. Sepertinya mereka (Turki) menghubungkan ini dengan politik," tegasnya.
Juru Bicara Kesatuan Bangsa Bilingual Boarding School, Ahmad Ihsanudin menambahkan, pihak sekolah juga telah mengonfirmasi hal tersebut kepada wali murid yang berjumlah 300 siswa SMP-SMA.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)