Setelah pentas tari kretek, pesta kembang api dimulai. Selama 30 menit langit Kudus dihiasi aneka warna dan bentuk percikan api. Tanpa dikomando, tepuk tangan meriah masyarakat menggema.
Juru bicara PT Djarum, FX Supanji, menyampaikan, pembangunan GKKK merupakan bagian upaya untuk melestarikan kretek yang lahir di Kudus. Pihaknya berharap keberadaan GKKK menjadi ikon yang kian mempertegas julukan Kudus sebagai Kota Kretek.
“GKKK ini penuh dengan berbagai simbol yang berlandas kearifan lokal. Kretek harus terus kita lestarikan,” kata FX Supanji, semalam.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?

Selain itu, Mustofa menyampaikan, akan membangun rest area di sebelah GKKK. Nantinya, dapat dimanfaatkan warga atau pengguna jalan untuk menikmati keindahan GKKK.
“Jadi bisa santai sambil foto-foto,” kata Musthofa.
Mustofa menambahkan, pihaknya berharap PT Djarum membangun bangunan serupa di kawasan perbatasan Kabupaten Kudus dengan Kabupaten Pati.
“Kalau yang ini menyambut pengguna jalan dari Semarang atau Jakarta. Tapi yang dari arah Surabaya belum ada, semoga bisa dibangun juga,” harap Musthofa.
Harapan senada juga disampaikan Lasti, 47, warga Kelurahan Jati Kabupaten Kudus. Bangunan serupa dapat dibangun di perbatasan Kudus wilayah timur. Sehingga, julukan Kudus Kota Kretek berwujud.
“Belasan tahun saya bekerja sebagai pembuat rokok cerutu, jadi paham betul dengan tembakau. Harapan saya tugu seperti ini juga dibangun tidak hanya di perbatasan ini saja, tapi juga di tempat-tempat lain,” kata Lasti usai berfoto bersama putrinya dengan latar GKKK.

Kemeriahan peresmian Gerbang Kudus Kota Kretek. (Foto-foto: Metrotvnews.com/Rhobi Shani)
GKKK dibangun PT Djarum dengan biaya Rp16,1 miliar. Pembangunannya dimulai pada 2 Januari 2014. Kemudian selesai pada Juli 2015. Peresmian GKKK jatuh pada tanggal yang sama dengan pembuatan Menara Masjid Kudus, yaitu 19 Rajab penanggalan Islam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)