Direktur Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki Wahyudin mengatakan, sosialisasi ini menjadi bukti keterbukaan Ponpes Al Mukmin Ngruki. Hal itu sekaligus membantah tudingan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang menyebut pondok pesantren yang didirikan Abu Bakar Baasyir itu adalah satu dari 19 pondok pesantren berpaham radikal.
"BNPT memang pernah menuduh kami sebagai salah satu pesantren yang mengajarkan paham radikal. Padahal kami selalu terbuka dengan sosialisasi seperti ini. Tudingan itu fitnah dan tidak terbukti," kata Wahyudin di Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki, Jumat (15/4/2016).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Staf Ahli Menteri Dalam Negeri Bidang Hukum dan Kesatuan Bangsa Didik Suprayitno mengatakan, sosialisasi ini menjadi agenda rutin Kementerian Dalam Negeri tanpa melihat komentar dari pihak mana pun.
"Kementerian Dalam Negeri sudah menyelenggarakan ini sejak lama. Dulu di tingkat perguruan tinggi, dalam satu tahun kami bisa mengunjungi 20 perguruan tinggi untuk menanamkan nilai Pancasila," kata Didik.
Selanjutnya program aktualisasi dan revitalisasi nilai Pancasila dikembangkan hingga menyentuh masyarakat berbasis keagamaan. "Kita sudah kunjungi dua ponpes, Ponpes ini yang ketiga. Kita juga pernah mengunjungi komunitas Hindu di Bali," imbuh dia.
Penanaman nilai-nilai Pancasila, kata Didik, merupakan hal penting bagi generasi muda. Untuk itu, Kementerian Dalam Negeri menyasar pelajar tingkat SMA maupun perguruan tinggi.
"Pancasila sudah mulai tergerus. Mungkin karena faktor kebebasan dan pesatnya informasi melalui internet. Kami di sini berdialog dan melakukan diskusi mengenai implementasi nilai Pancasila yang benar," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(TTD)