Sedari pagi, Dewi Wulandari menunggu kedatangan suami. Namun penantiannya bukan membawa kebahagiaan. Sebab sang suami pulang dalam kondisi tak bernyawa. Lettu Pandu meninggal saat menjalankan tugasnya menjadi Copilot I pesawat Hercules yang jatuh di Medan, Sumatra Utara, pada 30 Juni 2015.
Sekitar pukul 14.00 WIB, Kamis 2 Juli, Lettu Pandu pulang. Isak tangis pun menyambut kepulangan pria yang terbujur kaku di peti jenazah. Dewi beserta dua mertua dan keluarganya pun menyambut dengan duka cita.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dewi tampak tegar meski air mata mengalir menangisi pria yang ia kenal sejak masih duduk di bangku SMA itu. Namun benteng ketegarannya runtuh. Tangisnya pecah begitu mendoakan almarhum.
"Ayah... ayah... ayah," ucapnya sambil menangis memegang peti jenasah dan meletakkan topi biru TNI AU milik Pandu di pangkuannya.
"Dewi, kamu harus kuat," tutur seorang kerabat berusaha menenangkannya.
Duka pun dirasakan Sri Haruni, ibu Lettu Pandu. Suara tangisnya bahkan lebih kencang. Namun ia tetap menjaga kesadarannya dengan berdoa untuk sang anak.
"Selamat jalan. Ibu ikhlas nak, Ibu ikhlas Pandu. Allahhuakbar..Allahuakbar,"ucapnya tersedu-sedu didepan peti jenasah anak sulung yang dibanggakannya itu. Kerabat segera memeluk dan menenangkannya.
Lettu Pandu adalah Co Pilot I pesawat Hercules C-130 Nomor A 1310 jatuh di Jalan Letjen Jamin Ginting, Padang Bulan, Medan Sumatra Utara. Ia meninggalkan seorang istri yang baru dinikahinya 2 bulan lalu. Kini jenasah sedang disolatkan oleh kerabat,keluarga dan tetangga.
Jenasah akan dimakamkan di pemakaman di depan rumahnya di Patukan RT 4 Ambar Ketawang Sleman Yogyakarta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)