Pendiri Survive Garage, Bayu Widodo mengatakan pihaknya sudah bermusyawarah dengan warga sekitar, pemilik rumah, perangkat RT, desa, Babinsa, Camat, Polsek Kasihan, hingga jajaran Satpol PP Kabupaten Bantul. Dari pertemuan itu, muncul berbagai pertimbangan terkait aktivitas di Survive Garage.
"Beberapa warga keberatan apabila Survive berkegiatan di lokasi semula karena dianggap melanggar tata tertib dan ketenangan lingkungan. Tempat aktivitas yang Survive Garage lakukan juga dianggap sudah tidak representatif untuk menampung banyak orang saat kegiatan," ujar Bayu kepada Metrotvnews.com di Survive Garage, Kasihan, Bantul, Selasa (12/4/2016).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Akan tetapi, Bayu melanjutkan, ada pula sejumlah warga memberi masukan agar Survive lebih berkoordinasi dengan lingkungan sekitar. Koordinasi itu, lanjut Bayu, untuk menghindari kejadian serupa terulang.
"Warga juga mendorong agar Survive bersama lingkungan sekitar kembali memulihkan relasi antarwarga yang menjadi renggang usai adanya pembubaran paksa," kata dia.
Dalam waktu beberapa bulan ke depan hingga Agustus, ungkapnya, kegiatan yang Survive lakukan masih bisa berjalan dengan beberapa persyaratan. Namun, kegiatan para seniman di Survive Garage, kemungkinan berakhir setelah Agustus.
"Meskipun secara administratif, kontrak Survive Garage tercatat hingga Agustus 2017. Kami sekarang fokus pada kondisi internal dan melakukan pendekatan dengan warga. Kita akan lihat dulu perkembangannya seperti apa," jelasnya.
Sebelumnya, sekelompok ormas membubarkan paksa acara pameran seni bertajuk LadyFast di Survive Garage, Sabtu, 2 April, malam. Meskipun terdapat banyak peserta perempuan dan anak-anak, sejumlah anggota ormas tetap nekad masuk ke lokasi acara dan disertai dengan perilaku kasar. Kejadian pembubaran itu menjadi yang pertama di Survive Garage lantaran selama enam tahun belakangan tak ada permasalahan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)