"Menawi Sampun Kesangeten Masyarakat Kedah Gumregah. Ayo Bareng-bareng pada njejagake jejege Paugeran, dudu njejagake jejege kakarepan (Ini sudah berlebihan, Masyarakat harus bergerak. Bersama-sama menegakkan paugeran, bukan menegakkan berdirinya suatu kehendak sendiri)," ujarnya melalui pesan singkat, Selasa (5/5/2015).
Menurutnya kedua Sabdaraja telah melenceng dari aturan (Paugeran) yang dipegang teguh keluarga keraton selama ini. Bahkan Ia meminta masyarakat bereaksi dan menegakkan Paugeran.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Menawi Sampun Kesangeten Masyarakat Kedah Gumregah. Ayo Bareng-bareng pada njejagake jejege Paugeran, dudu njejagake jejege kakarepan (Ini sudah berlebihan, Masyarakat harus bergerak. Bersama-sama menegakkan paugeran, bukan menegakkan berdirinya suatu kehendak sendiri)," ujarnya melalui pesan singkat pada awak media di Yogyakarta, Selasa (5/5/2015).
Ia meminta Sri Sultan meminta maaf pada Allah dan para leluhur. Sebab Sultan menghapus Khalifatullah dalam Sabdaraja pertama.
"Bakal Kena Bebendu Seko Gusti Allah Swt Uga Saka Para leluhur dalem titenana. Ngarso Dalem kudu nyuwun pangapuro dumateng Gusti Allah swt Mergo ora gelem ngagem Khalifatullah sarta Assalamualaikum ing kraton (Akan mendapatkan hukuman dari gusti allan dan para leluhur dalem. Camkan. Sultan harus minta maaf ke Allah dan umat islam karena tidak berkenan menggunakan Khalufatullah dan Assalamualaikum di keraton," tegas putra dari selir HB IX ini.
Protes ini dikeluarkan sesudah dirinya dan tiga orang adik laki-laki Sultan yakni GBPH Yudhaningrat, GBPH Cakraningrat, dan GBPH Cakrodiningrat mengunjungi makam leluhurnya di Kota Gede pada Senin 4 Mei.
Namun walaupun terjadi beda pendapat dengan sang kakak, hubungan antar keluarga keraton tetap harmonis dan tidak ada perpecahan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)