Tari sintren dalam gelaran Grebeg Sura Jamasan Kentongan. (Metrotvnews.com/Kuntoro Tayubi)
Tari sintren dalam gelaran Grebeg Sura Jamasan Kentongan. (Metrotvnews.com/Kuntoro Tayubi) (Kuntoro Tayubi)

Sambut Sura, Warga Pesisir Brebes Gelar Jamasan Kentongan

tahun baru islam
Kuntoro Tayubi • 18 Oktober 2015 15:28
medcom.id, Brebes: Dalam menyambut bulan Sura, masyarakat pesisir pantai utara (pantura) di Desa Randusanga Kulon, Kecamatan/Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, menggelar Grebeg Sura Jamasan Kentongan.
 
Acara ini merupakan rangkaian prosesi menyambut Tahun Baru Hijriah sekaligus bulan Sura dalam kalender Jawa. Prosesi dimulai dengan pelepasan kirab budaya di depan balaidesa Randusanga Kulon. Rangkaian kirab terdiri kereta kencana, prajurit pembawa kentongan, andong, dan kesenian jaran kepang Turangga Jaya.
 
Kepala Desa Randusanga Kulon, Slamet Maryoko mengatakan Jamasan Kentongan merupakan puncak kegiatan Grebeg Sura Randusanga Kulon. Jamasan Kentongan dilakukan dengan penjamasan (penyucian) tiga kentongan. Masing-masing kentongan Ki Slamet, Ki Guntur Jati, dan Ki Jatimulya oleh Kades Randusanga Kulon dan sesepuh desa.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


“Kegiatan ini berlangsung atas kerja sama dengan Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga (Dinparbudpora) Kabupaten Brebes dan dimeriahkan pula grup seni Sintren dari MA NU 3 Pemaron Brebes,” kata Slamet Maryoko yang akrab di sapa Bang Jarot, usai kegiatan di Balai Desa Randusanga Kulon, Sabtu (17/10/2015).
 
Pada kesempatan sama, Kabid Kebudayaan Dinparbudpora, Bambang Haryanto mengatakan Grebeg Sura merupakan kalender tetap budaya di Kabupaten Brebes. "Grebeg Sura pesisir di Randusanga merupakan gelar tradisi yang unik serta sebagai promo wisata di pantai Randusanga Kulon yang merupakan pusat kegiatan Grebeg Sura," kata Bambang.
 
Pemerhati budaya Brebes, Wijanarto menyatakan kentongan mengingatkan filosofi komunikasi masyarakat tradisional. Dalam komunikasi itu, melibatkan berbagai elemen antara kawula dengan pemimpin.
 
Jamasan merefleksikan pola kebersamaan yang sekarang terlupakan. Sebab dari pola komunikasi yang jelas mengartikulasikan pesan dari pimpinan ke rakyat maupun sebaliknya. Jangan sampai komunikasi yang keliru berdampak fatal,” tutur Wijanarto.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(SAN)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif