Angka kematian sempat turun jadi 21 orang di tahun 2014. Namun kembali meningkat jadi 26 orang pada 2015.
"Hingga Mei 2016, di Kabupaten Kendal sudah ada 16 orang meninggal akibat HIV/AIDS. Sementara total kasus sejak tahun 2000 hingga Mei 2016, tercatat 577 orang meninggal akibat kasus HIV/AIDS," kata Kasi Monitor dan Evaluasi pada Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kendal, Mufdi Yukanto, Selasa (28/6/2016).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Untuk sebaran umur, jumlah kasus HIV/AIDS terbesar ada di kisaran 25-49 tahun, dengan jumlah mencapai 327 (2010-2016). Sedangkan berdasarkan profesi, rata-rata berasal dari PSK, ibu rumah tangga, dan wiraswastawan.
"Ibu rumah tanggga masih menjadi profesi tertinggi dengan penderita AIDS terbanyak dibandingkan dengan profesi yang lainnya yakni mencapai jumlah 68,29 persen," Jelasnya.
Sebelumnya, Pengelola Program pada KPA Kendal, Dwi Fatma Rosdiana, mengatakan, jumlah perempuan terdeteksi sebagai Orang Dengan HIV/AIDS (Odha), dikarenakan mereka lebih memiliki kepedulian dan tanggung jawab terhadap pemeriksaan kesehatan, dibandingkan yang berjenis kelamin laki-laki. Pasalnya, setiap kali ada kegiatan pemeriksaan, hanya perempuan yang bersedia diperiksa, sedangkan kaum laki-laki enggan melaporkan dan melakukan cek kesehatan.
"Mereka yang berjenis kelamin laki-laki, seringkali diketahui sebagai Odha, justru setelah mengalami gejala-gejala penyakit HIV/AIDS. Misalnya saat memeriksakan diri di Puskesmas ataupun Rumah Sakit karena menderita sakit tertentu, yang akhirnya diketahui sebagai gejala penderita HIV/AIDS. Kegiatan sosialisasi juga terus dilakukan KPA Kendal, guna menekan angka HIV/AIDS," paparnya.
Untuk menjaga dan memantau keberadaan Odha, pihak KPA membentuk Warga Peduli AIDS (WPA) atau Kelompok Dukungan Sebaya (KDS). Kegiatan ini dilakukan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kendal (DKK). Pembentukan WPA sendiri, dikonsentrasikan pada daerah-daerah yang pernah ditemukan kasus tersebut.
"Pembentukan ini dilakukan sebagai upaya agar WPA tahu kemana harus merujuk pasien, pengobatan yang diberikan, dan mengantisipasi terjadinya tindakan stigma diskriminatif Odha di masyarakat," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)