Kepala Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah Mada Heri Santoso menilai pengajaran Pancasila di sekolah seharusnya tak hanya sekedar kognisi. Tetapi juga dalam bentuk afeksi dan pengamalan atau praktek. Para guru diminta lebih inovatif dan kreatif mengajak siswa terlibat langsung dalam kegiatan yang mengandung nilai Pancasila.
"Murid harus mengalami langsung sila-sila Pancasila. Sebab Soekarno juga menciptakan Pancasila dari nilai-nilai dan budaya yang ada di masyarakat Indonesia," ujar Heri di sela -sela Kongres Pancasila VIII di UGM Yogyakarta, Selasa (31/5/2016).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Ia mencontohkan seperti mengadakan permainan yang berisi nilai-nilai Pancasila. Berkunjung ke museum atau makam pahlawan untuk mengenang jasa para pahlawan membela negara.
Sependapat, Ketua Dewan Pendidikan DIY Wuryadi menilai peringatan hari lahir Pancasila sebaiknya diisi dengan kegiatan praktek pengamalan nilai-nilai Pancasila di masyarakat ketimbang sekedar upacara seremonial.
Hari lahir Pancasila yang jatuh esok hari seharusnya lebih dihayati oleh masyarakat Indonesia ketimbang hari kesaktian Pancasila. "Ajak siswa ke daerah yang masih mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Misalnya di desa yang masyarakatnya masih rajin beribadah, hidup rukun berdampingan dan mengadakan musyawarah untuk mencapai kata mufakat," pungkasnya.
Dengan adanya keterlibatan, para siswa lebih memahami nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila dan dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kongres Pancasila VIII digelar sejak 30 Mei-1 Juni 2016. Selama tiga hari, Pancasila akan dibedah dari sisi ekonomi, politik dan budaya. Para pembicara yang dihadirkan antara lain, Ketua Umum Muhammadiyah Haedar Nasir, anggota Dewan Pertimbangan Presiden Sri Adiningsih, Hasyim Muzadi, dan tokoh-tokoh nasional lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)