Banyak masyarakat yang terkecoh. Salah satunya, Dimas, 17, warga Sanggar Wayang, Kabupaten Sukoharjo ini berjalan kaki bersama kawan-kawannya untuk menyaksikan kirab Kerbau Kyai Slamet di Keraton Kasunanan.
“Kecele. Ternyata kirabnya (Kerbau Kyai Slamet) tidak hari ini (13 Oktober),” ungkap dia.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Untuk berjalan ke Mangkunegaran, Dimas menempuh jarak cukup jauh. Masyarakat meyakini berjalan kaki menuju Keraton Kasunanan merupakan salah satu ungkapan laku prihatin.
Hal serupa dialami Yatini, 45, warga Gemolong, Kabupaten Sragen. Ia menempuh jarak 23 kilometer menggunakan sepeda motor untuk menuju Kota Solo. Yatini mengatakan, setelah menyaksikan prosesi di Mangkunegaran biasanya ia langsung bergeser ke Keraton Kasunanan.
“Biasanya saya langsung (menuju Keraton Kasunanan). Ini cuma bisa menyaksikan prosesi di satu tempat (Mangkunegaran) lalu pulang,” kata dia.
Wakil Pengageng Sasana Wilapa Keraton Kasunanan, Kanjeng Pangeran Aryo (KPA) Winarno Kusumo, membenarkan ada beberapa warga yang terkecoh dengan perbedaan tanggal 1 Suro ini. Hal itu dikarenakan tidak meratanya penyebaran informasi pelaksanaan kirab.
“Masyarakat kan ada yang tahu (informasi) ada yang tidak. Ada banyak yang kecele. Namun mereka yang antusias betul saya yakin akan kembali lagi menyaksikan prosesi 1 Suro di Kasunanan malam ini,” tutur KPA Winarno, saat dihubungi Metrotvnews.com, Rabu (14/10/2015).
KPA Winarno mengatakan, penentuan 1 Suro di Keraton Kasunanan menggunakan kalender Sultan Agung, yakni bentuk penanggalan yang memadukan tahun Hindu Saka dan tahun Hijriah.
“Kalender Jawa itu kan perhitungannya menggunakan perpaduan tahun Hindu Saka dan tahun Hijriah Islam. Pemerintah menentukan tanggal merah karena itu perhitungan 1 Muharam, bukan 1 Suro,” ungkap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SBH)
