Dekan Fakultas Filsafat UGM, Mukhtasar Syamsuddin, menjelaskan Sabda Raja dan paugeran tidak bisa dipertentangkan. Kata dia, Sabda Raja, yang menurut Sultan berasal dari wahyu Allah SWT melalui leluhurnya, harus tetap dilakukan.
Paugeran, ia melanjutkan, merupakan produk pemikiran manusia. "Sehingga, bisa sewaktu-waktu berubah," ujar Mukhtasar, di Gedung Magister Manajemen UGM, Selasa (12/5/2015).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dengan alasan itu, menurutnya, dapat membuka kemungkinan adanya sultanah atau ratu, seperti yang terjadi pada Kerajaan Aceh dan Kerajaan Kalingga. Generasi Sultan, kata dia, bisa dilanjutkan keturunan laki-laki dari sultanah tersebut.
Ia memandang, letak masalah yang terjadi saat ini, yakni belum adanya kesepakatan keputusan Sultan mengeluarkan Sabda Raja dari kerabat keraton. Namun, Sultan segera mengeluarkan Sabda Raja tersebut.
"Sultan di media mengatakan sudah memanggil kerabat, namun itu tidak berjalan. Maunya paugeran dimusyawarahkan dulu. Harus melakukan komunikasi," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(UWA)