"Jangan sampai polemik ini dimanfaatkan sekelompok orang. Saya berharap (polemik) tidak menjadi seperti Keraton Solo (Surakarta)," ujarnya ketika dihubungi melalui telepon pada Selasa (5/5/2015).
Setelah Sultan menyampaikan Sabdaraja secara tertutup, rakyat dan keluarga keraton terpecah dua. Ada yang pro (mendukung) dan ada pula yang kontra (melawan).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Warga yang pro karena setuju dengan revolusi kesetaraan gender. Mereka melihat sudah saatnya pria dan wanita setara kedudukannya termasuk dalam kepemimpinan," jelasnya.
Sedangkan warga yang kontra karena melihat pada aturan religius (agama) dan paugeran (peraturan keraton). "Kesultanan itu berbasis islam. Dalam islam, tidak ada imam wanita. Selain itu mereka juga merujuk pada paugeran yang tidak mengenal Sultan wanita," terang lulusan sejarah dan antropologi UGM ini.
Isi sabdaraja yang banyak mendobrak isi paugeran Yogykarta, menurutnya mulai menimbulkan konflik diantara saudara Sultan HB X.
"Tadi adik laki-laki Sultan tidak mau hadir saat pembacaan Sabdaraja. Mereka beralasan Sultan bukan Khalifatulah lagi. Lalu kemarin keempat adik Sultan sudah nyekar ke makam leluhur raja untuk meminta maaf dan meminta Sultan turut meminta maaf pada leluhur. Sudah mulai terlihatkan," tukas Aji.
Pagi ini, Sri Sultan Hamengkubuwono X kembali mengeluarkan Sabdaraja kedua secara tertutup. Sebelumnya pekan lalu, Sri Sultan juga mengeluarkan Sabdaraja pertama. Isi Sabdaraja ini hanya diketahui oleh para sentana dalem (keluarga keraton) dan abdi dalem (pekerja keraton). Hingga kini Sri sultan dan keluarga keraton masih bungkam soal isi Sabdaraja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)