Dengan menggunakan seragam resmi jukir oranye biru, para jukir meneriakkan tuntutannya di halaman DPRD DIY. Jukir merasa Pemkot Yogyakarta belum memberi solusi yang menguntungkan para jukir.
Ketua Paguyuban Juru Parkir Malioboro, Sigit Karsana Putra, mengatakan, para jukir khawatir kesejahteraan berkurang usai direlokasi. Pasalnya pemerintah hanya mau memfasilitasi 95 jukir yang sudah tercatat secara resmi. Padahal di sepanjang Jalan Malioboro ada ratusan jukir yang terdiri dari jukir utama dengan asisten jukir.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Terus jukir yang lain mau dikemanakan," kata Sigit di gedung DPRD DIY Yogyakarta, Kamis (24/3/2016).
Selain itu, jukir tak yakin lokasi parkir baru mampu menampung kendaraan sebanyak Jalan Malioboro. Sigit mengklaim parkiran di sepanjang sisi Timur malioboro mampu menampung 4.600 motor. Sementara di parkiran ABA hanya menampung 2.800 motor.
Para jukir meminta pengelolaan lapangan ABA diserahkan kepada paguyuban, bukan swasta. "Kami minta pemkot agendakan pertemuan kembali dengan jukir sebelum 28 Maret. Jadi diundur dulu (rencana relokasi)," tegas Sigit.
Perwakilan jukir ditemui Anggota Komisi C Chang Wendriyanto. Ia berjanji akan mengkomunikasikan permintaan para jukir kepada eksekutif. Dirinya mendukung jika parkir dikelola oleh paguyuban jukir.
"Bagi jukir yang belum terfasilitasi bisa beralih profesi jadi pembuka lapak di parkiran ABA. Saya juga setuju kalau parkiran dipegang paguyuban jukir bukan swasta," ujarnya.
Namun pihaknya meminta para Jukir untuk melepas spanduk penolakan rencana revitalisasi yang digelar di Jalan Malioboro. "Saya minta spanduk penolakan dibersihkan. Penolakan bisa disampaikan dengan cara lain," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)