Jalur memiliki lebar 30 centimeter dan panjang 500 meter. Permukaan jalur berwarna kuning dengan tekstur khusus. Tonjolan berbentuk panjang artinya lurus. Sedangkan tonjolan berbentuk bulat berarti berbelok.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memantau blind track itu saat meresmikan Terminal tipe A Tirtonadi Solo, Selasa 27 Desember. Budi mengapresiasi pembangunan terminal yang menyediakan fasilitas untuk penyandang disabilitas.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
.jpg)
(Penyandang disabilitas memasuki Terminal Tirtonadi Solo, MTVN - Pythag Kurniati)
"Kempling (berkilau)," puji Budi usai meninjau terminal.
Menurut Budi, jalur itu memudahkan penyandang disabilitas menggunakan bus. Terutama, tuna netra berjalan menuju bus.
Budi juga menengok sudut terminal. Budi menilai Tirtonadi tak memiliki kesan layaknya terminal pada umumnya. Mesin pendingin ruangan atau AC membuat terminal terasa lebih sejuk. Tak ada kesan sumpek.
Budi juga meninjau loket penjualan tiket bus. Tiket menjual tiket secara daring alias online. Loket juga dilengkapi delapan layar informasi yang menunjukkan jadwal keberangkatan bus.
Sebanyak 23 perusahaan otobus bergabung dalam layanan tersebut. Pembelian tiket juga dapat dilakukan melalui aplikasi Bosbis yang didownload melalui playstore.
(Loket terpadu yang menunjukkan informasi keberangkatan bus di Terminal Tirtonadi Solo, MTVN - Pythag Kurniati)
Implementasi e-ticketing ini disertai dengan fasilitas e-gate Terminal Tirtonadi. Penumpang hanya perlu menempelkan barcode boarding pass yang tertera di tiket pada gate.
Selanjutnya Menhub meninjau fasilitas integrasi moda transportasi yang menghubungkan Terminal Tirtonadi dengan Stasiun Solo Balapan. Fasilitas sepanjang 437 meter ini, lanjut Menhub, memudahkan masyarakat berpindah moda transportasi tanpa mengeluhkan jauhnya jarak.
Saat ini, progres pembangunan skybridge telah mencapai 70 persen. "Targetnya satu bulan lagi skybridge sudah jadi," imbuh Menhub.
Budi Karya mengapresiasi semua pihak yang bergotong-royong menjadikan Terminal Tirtonadi bak terminal rasa bandara. Ia menyebut pilot project ini seharusnya diikuti oleh seluruh terminal di Indonesia.
“Terminal kempling ini tanda bahwa Solo tidak main-main. Saya harap selurh terminal di Jawa Tengah, di Jawa dan di seluruh Indonesia juga kempling seperti Terminal Tirtonadi,” urainya.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Pudji Hartanto Iskandar menerangkan untuk menyulap Terminal Tirtonadi menjadi seperti saat ini setidaknya dibutuhkan pembangunan dalam kurun waktu delapan tahun.
“Sejak 2009 hingga 2016,” imbuhnya.
Anggaran pembangunannya bersumber dari APBN, APBD Provinsi dan APBD Kota Solo.”Jumlah totalnya 186 miliar,” tambah dia.
Ia menyatakan, Terminal Tirtonadi menitikberatkan pelayanan penumpang yang terbagi dalam beberapa zonasi. “Konsep ini yang biasanya dipakai oleh bandara. Sehingga tak salah, orang menyebut Terminal Tirtonadi seperti bandara,” pungkasnya
Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah maka Terminal Tirtonadi menjadi aset milik pemerintah pusat. Sedangkan pengelolaan tetap diserahkan kepada Pemerintah Kota Solo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)
