Machmud menilai aksi teror di Jakarta gagal alias tak berhasil 100 persen. Alasannya, target teror tak jelas. Jumlah korban meleset. Pelaku terbunuh dan identitasnya terungkap.
"Tak ada kematangan rencana. Masak untuk menyerang satu pos polisi dengan lima orang, kenapa engggak cukup dengan dua orang. Kenapa tidak high explossive? Jadinya kan akan mudah dilacak," kata Machmud yang kini tinggal di Lamongan, Jawa Timur.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Machmud menilai kegagalan itu menunjukkan sumber daya manusia yang tidak terencana. Ia pun memperkirakan pelaku merupakan gabungan orang lama dengan anggota baru yang melakukan gerakan radikal.
Machmud Hariono merupakan anggota teroris yang dibekuk di Ngaliyan, Semarang, Jawa Tengah, pada Agustus 2003. Ia mendekam di bui karena terbukti memiliki satu ton amunisi dan 20 ribu peluru.
Ia bekas kaki tangan Abu Tholut dan Nurdin M Top, teroris yang melakukan aksi di beberapa tempat di Indonesia. Machmud telah menjalani masa hukumannya selama 10 tahun. Setelah bebas, ia meninggalkan jaringan radikal dan membuka usaha kuliner di Semarang.
Aksi teror mengguncang Jakarta pada Kamis 14 Januari 2016. Beberapa ledakan dan rentetan tembakan terdengar di sekitar Sarinah. Tujuh orang tewas dalam kejadian tersebut. Belasan lainnya mengalami luka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)