Talkshow kebangsaan Afi Nihaya Farahisa yang menulis Warisan dan menuai kontroversi, MTVN - Vicka
Talkshow kebangsaan Afi Nihaya Farahisa yang menulis Warisan dan menuai kontroversi, MTVN - Vicka (Patricia Vicka)

Kegelisahan Afi Penulis Warisan Berbuntut Kontroversi

budaya
Patricia Vicka • 29 Mei 2017 18:14
medcom.id, Yogyakarta: Nama Afi Nihaya Farahisa tengah menjadi sorotan warganet. Pasalnya, ia memiliki cara tersendiri untuk mengajak anak-anak muda yang melek teknologi untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
 
Afi masih duduk di bangku SMA di Banyuwangi, Jawa Timur. Meski masih muda, ia tak gentar menyuarakan pendapatnya dalam bentuk tulisan.
 
"Saya menulis kegelisahan dan curahan hati soal keberagaman di Indonesia. Poin utama yang saya ingin sampaikan adalah bukan soal agama atau suku, tapi kita harus hidup rukun bersama-sama dengan warisan masing-masing," kata Afi yang menjadi pembicara dalam dialog kebangsaan di Fisipil Universitas Gajahmada Yogyakarta, Senin 29 Mei 2017.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Warisan. Demikian judul tulisan Afi di akun sosial medianya yang menuai kontroversi. Banyak yang pro, tak sedikit pula yang kontra.
 
Afi mengunduh tulisan itu pada 15 Mei 2017. Gara-gara tulisan itu, akun Afi di Facebook tak bisa diakses.
 
Afi bingung. Padahal ia hanya mencurahkan kegelisah hati melihat kondisi Indonesia masa kini. Ia kritis menerima keadaannya namun bukan berarti Afi gentar.
 
"Jika berpikir dianggap memecah belah bangsa saya angkat tangan. Karena ada banyak ayat  Al Quran yang mengajak kita berpikir kritis. Akan jadi berbahaya kalau kita memaksakan orang lain sepaham dengan pikiran kita. Seharusnya jika kita berpikir maka kita akan menyadari makna dari ciptaan tuhan yang tidak seragam," tutur wanita yang bercita-cita menjadi psikolog.
 
Awalnya Afi sedih, marah, jengkel dan bimbang dengan segala kritikan serta penilaian orang di sekitarnya. Tapi ia sadar tak bisa memaksa orang lain untuk berhenti mengkritik tulisannya. Malah, ia menganggap kritikan itu sebagai refleksi diri dan pembelajaran.
 
Artinya, kata Afi, misinya berhasil. Justru, ujarnya, orang yang memiliki dasar agama yang kuat tak akan mudah terpengaruh oleh ideologi orang lain.
 
Afi menegaskan anak-anak muda tak perlu takut bersuara. Pemuda masa kini harus membuka pikiran seluas-luasnya dengan membaca buku dan bergaul.
 
"Walau kita tidak bersaudara secara agama, tapi kita bersaudara secara kemanusiaan. Generasi muda sekarang, jangan menunggu Indonesia hancur baru bisa berubah dan berbuat sesuatu," pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(RRN)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif