Hari ini, Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo dan Anggota Wantimpres Jenderal (Purn) Subagyo HS terjun memediasi kedua belah pihak.
"Sementara ini belum ada kesepakatan tingalan jumenengan (peringatan kenaikan tahta, red) dijadikan satu," ungkap Rudy, demikian sapaan FX Hadi Rudyatmo saat ditemui di Keraton Kasunanan Surakarta, Kamis, 6 April 2017.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dewan Adat menginginkan jumenengan tetap dilaksanakan, namun hanya berupa jumenengan Bedhaya Ketawang. "Mereka tidak menginginkan jumenengan untuk memperingati kenaikan tahta raja," lanjutnya.
Sementara, kubu Pakubuwono XIII yang diwakili Satgas Panca Narendra berkukuh PB XIII harus hadir dalam jumenengan tahun ini.
Seperti diketahui, tingalan jumengan akan dilaksanakan pada 22 April 2017. Rudy menjelaskan, sisa waktu tersebut akan digunakan untuk berkonsultasi dengan Presiden Joko Widodo.
"Setelah mendengarkan dua belah pihak, kami akan melaporkan kepada Presiden. Bisa saja di sisa waktu akan ada perubahan kesepakatan mengenai jumenengan," urai Rudy.
Sementara, Wantimpres Subagyo HS mengungkapkan, apapun konflik yang terjadi di tubuh Keraton Kasunanan Surakarta, Presiden menginginkan jumenengan tetap bisa dilaksanakan pada 22 April 2017.
"Jumenengan adalah budaya, jangan sampai berhenti. Persoalan penataan keraton, itu sepenuhnya hak sentana," jelasnya.
Kedatangan Wantimpres Subagyo HS dan Wali Kota Solo ke Keraton Kasunanan Surakarta memang ditujukan untuk membantu merumuskan penyelesaian terhadap konflik yang selama ini bergulir. Namun pertemuan hari ini masih dilakukan secara terpisah.
Rudy dan Subagyo terlebih dahulu menuju Sasana Putro Keraton Kasunanan Surakarta untuk bertemu dengan kubu Pakubuwono XIII, termasuk Satgas Panca Narendra (tim lima). Kemudian Rudy dan Subagyo bergeser ke Sasana Sewaka untuk menampung aspirasi dari Dewan Adat.
Hasil dari pertemuan akan dilaporkan kepada Presiden Joko Widodo. Selanjutnya akan dilakukan kajian untuk mencari penyesaian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)