Jenazah istri Sultan Hamengku Buwono IX ketika diberangkatkan dari Keraton Yogyakarta menuju komplek makam raja Mataram di Imogiri, Bantul, Kamis (3/9/2015). (Metrotvnews.com/Ahmad Mustaqim)
Jenazah istri Sultan Hamengku Buwono IX ketika diberangkatkan dari Keraton Yogyakarta menuju komplek makam raja Mataram di Imogiri, Bantul, Kamis (3/9/2015). (Metrotvnews.com/Ahmad Mustaqim) (Ahmad Mustaqim)

Kisah KRAy Nindyokirono, dari Kenal di Pengasingan hingga jadi Istri Wapres

keraton yogyakarta
Ahmad Mustaqim • 03 September 2015 16:40
medcom.id, Yogyakarta: Jenazah istri terakhir Sultan Hamengku Buwono IX, Kanjeng Raden Ayu (KRAy) Nindyokirono dimakamkan berdampingan dengan Sultan HB IX dan para istri lainnya yang sudah lebih dulu meninggal, di pemakaman Saptorenggo, Imogiri, Bantul, Kamis (3/9/2015) siang.
 
Semasa hidupnya, Nindyokirono memiliki peran besar mendampingi Sultan HB IX saat menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia. HB IX menjabat Wapres RI pada periode 1973-1978. Sementara, Nindyokirono resmi menjadi istri HB IX pada 1976.
 
Pada masa-masa inilah Nindyokirono dianggap punya peran besar mendampingi HB IX. Nindyokirono dianggap mampu memberi kesegaran kepada Sultan HB IX. "Kanjeng Raden Ayu Nindyokirono menjadi pendamping yang baik bagi Sultan HB IX," kata mantan asisten pribadi Sultan HB IX, Kanjeng Raden Tumenggung Jatiningrat atau yang akrab disapa Romo Tirun.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Romo Tirun menganggap Nindyokirono mampu memberikan dukungan moral dan pemikiran pada Sultan HB IX. Menurut Romo Tirun, Nindyokirono adalah perempuan luwes yang bisa memberi suntikan semangat bagi suami.
 
"Istri bukan hanya cantik, tapi harus mampu memberi keseimbangan suami. Nindyo bisa berbahasa asing dengan baik juga," ungkap Romo Tirun.
 
Romo Tirun menjelaskan awal mula pertemuan Nindyokirono dengan Sultan HB IX sebelum akhirnya menikah. Menurutnya, kisah itu tak bisa lepas dari kedekatan daerah asal Nindyokirono, yakni Bangka, yang menjadi lokasi pengasingan para pemimpin republik di zaman kolonial.
 
Romo Tirun menduga, pertemuan keduanya terjadi saat Sultan HB IX melakukan kunjungan ke lokasi pengasingan, yakni di Bukit Menumbing, Kepulauan Bangka Balitung. "Sultan (HB IX) melakukan kunjungan tepatnya setelah Serangan Umum 1 Maret. Mungkin, karena Nindyokirono juga memiliki kenalan para pejabat republik waktu itu," jelasnya.
 
Meski Sultan HB IX menikah yang ke lima kalinya saat dengan Nindyokirono, ia menambahkan, perempuan itu tetap menjadi istri keempat. Alasannya, istri Sultan yang bernama KRAy Ciptomurti saat itu sudah meninggal. "Sesuai ajaran agama, istri tidak boleh dari empat," katanya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(SAN)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif