Dilansir situs Al-Madina, santunan kepada keluarga meninggal dunia dan cacat seumur hidup, masing-masing sebesar SR1.000.000 atau setara dengan Rp3,8 miliar. Sementara yang luka-luka mendapat SR500.000 atau setara Rp1,9 miliar.
Namun, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sleman, Luthfi, mengatakan pihaknya belum menerima surat resmi perihal santunan tersebut. Dia juga menyebut belum mendapat petunjuk teknis pencairan santunan.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Kami belum mendapatkan surat resmi dan petunjuk teknis pencairan anggaran itu. Saat ini kami masih menunggu surat resmi tersebut," ujar Luthfi melalui sambungan telepon di Yogyakarta, Rabu (16/9/2015).
Karena itu, Kemenag Kabupaten Sleman belum bisa memberikan pentunjuk apa-apa pada keluarga Sriyana bin Warjo Sihana, salah satu korban crane asal Kecamatan Godean. Calon haji kloter 27 SOC berpaspor B11-88078 itu menjadi korban meninggal insiden crane di Masjidil Haram, Mekkah, Jumat 11 September.
Lutfhi melanjutkan, jika sudah ada surat resmi, pihaknya akan membantu memfasilitasi keluarga korban untuk mencairkan santunan. "Dari Kemenag Jakarta belum ada kabar. Kalau sudah ada surat resmi kami akan memfasilitasi pencairan dananya," tegas dia.
Pasalnya, pemberian santunan biasanya tidak bisa langsung kepada keluarga dan harus melalui sebuah prosedur. "Tidak mungkin kan kerajaan Arab datang langsung memberi santunan. Harus ada prosedur untuk mencairkan dana itu, seperti buka rekening, dan pengesahan sebagai ahli waris dari pengadilan agama. Itu yang akan kami fasilitasi," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)
