Seperti tahun-tahun lampau, tiap Iduladha, keraton menggelar Grebeg Besar. Dua gunungan jaler (laki-laki) serta gunungan estri (perempuan) dikirab. Rutenya, Keraton Kasunanan melalui Kori Kamandungan menuju Kori Brojonolo dan berakhir di Masjid Agung Solo.
Baca: Rayakan Kemenangan Nabi Ibrahim, Keraton Solo Cuci Pusaka
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Wakil Pengageng Sasana Wilapa, Kanjeng Pangeran Arya Winarnokusumo mengungkapkan sepasang gunungan tersebut melambangkan asal usul manusia.

Abdi dalem Keraton Solo mengangkat gunungan.
“Gunungan jaler berisi hasil-hasil bumi seperti kacang panjang, wortel, dan terung. Sedang gunungan estri berisi makanan jadi seperti rengginang, wajik yang telah dirangkai,” ungkap Winarnokusumo di Keraton Kasunanan Solo.
Sesampainya di Masjid Agung, gunungan didoakan. Dalam hitungan menit, gunungan pun ludes diperebutkan masyarakat. Sedangkan gunungan estri dibawa kembali ke halaman Keraton Kasunanan dan diperebutkan di sana.
Winarnokusumo mengatakan perayaan Grebeg Besar di Keraton Solo menandai kemenangan nabi Ibrahim yang lolos dari ujian. “Nabi Ibrahim diminta untuk mengorbankan anaknya, Ismail untuk disembelih. Kemudian Tuhan menggantinya dengan domba,” urai dia.
Bukan hanya melesarikan tradisi Mataram Islam, lanjut Winarrnokusumo, kirab gunungan memiliki tiga makna. Makna pertama, gunungan melambangkan wujud syukur pada Tuhan atas kelimpahan hasil bumi.
“Makna kedua gunungan memberikan hiburan pada masyarakat serta sebagai wujud kepedulian keraton pada sekitar dengan wujud gunungan yang diperebutkan,” tutup dia.

Warga memperebutkan gunungan.
Selain menggelar Grebeg Besar, Keraton Kasunanan Solo juga menyembelih dua sapi dan empat kambing. Daging kurban tersebut dibagikan di Masjid Suronatan dan Kusumo Wandowo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)