Begitu dipertemukan, kedua mempelai melakukan balangan gantal, yaitu saling lempar daun sirih. Daun bermakna bahwa meskipun terdiri dua sisi, namun tetap saja itu satu daun. Manusia selalu ada perbedaan, tetapi harus tetap satu dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Walaupun pahit rasanya, seperti rasa daun sirih.
Kemudian Gibran yang lulusan Management Development Institute of Singapore (MDIS) ini menginjak telur ayam, bermakna bahwa rumah tangga itu harus mandiri. Harus bisa memecahkan sendiri persoalan yang timbul di antara keduanya.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Selesai menginjak telur, kedua mempelai disandingkan dan dikenakan kain sindur bewarna merah dan putih di pundak. Warna merah dan putih bermakna, pengantin siap menghadapi kehidupan berdua dan jauh dari ketakutan.
Saat berjalan menuju pelaminan, ujung kain sindur dipegang bapak dari mempelai wanita, Didit Suprijadi. Makna dari sinduran ini yaitu bahwa kedua mempelai telah diterima keluarga besar secara utuh dan penuh kasih sayang, tanpa membedakan anak dan menantu.
Prosesi panggih Gibran dan Selvi diiringi dengan gending Ladrang Sri Widodo yang dibuat pada masa Pakubuwono X. Ladrang Sri Widodo sengaja diciptakan sebagai gending iringan.
Begitu tiba di pelaminan, dilakukan bobot timbang. Kedua mempelai duduk di pangkuan bapak dari mempelai wanita. Maknanya adalah kasih sayang kepada anak dan menantu sama besarnya.
Selesai bobot timbang, Gibran dan Selvi melakukan dhahar kembul, dimana kedua mempelai saling menyuapi. Maknanya adalah perpaduan kasih sayang antara kedua mempelai. Prosesi selanjutnya adalah minum toya wening, yaitu masing-masing pengantin meminum air putih bersama. Ini bermakna bahwa memandang persoalan itu harus secara jernih.
Selvi yang merupakan Puteri Solo 2009, resmi menjadi istri putra Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Rakan, pada pukul 09.17 WIB, Kamis (11/6/2015). Dengan kata lain, Selvi pun resmi menjadi anggota keluarga Presiden Jokowi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(NIN)