Sebelum aksi berjalan, sempat beredar pesan berantai dari salah satu kelompok ormas yang hendak membubarkan aksi itu. Pesan itu menyebut, para anggota ormas akan mengepung dari berbagai arah.
"Harap dipahamkan ke seluruh anggota yg berangkat, nanti malam adl ..... (dihilangkan, red), persiapkan diri, Pasti Bentrok." Demikian pesan itu ditutup.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Meski begitu, aksi tetap berjalan. Mereka menyalakan lilin sembari menyanyikan lagu Indonesia Raya, Gugur Bunga, dan Tanah Air Beta.
Koordinator Aksi, Pedro Indarto, mengatakan aksi itu dilakukan untuk menolak adanya tindakan rasisme dan sentimen agama di Pilkada DKI Jakarta. Menurut dia, jika direproduksi di daerah lain, Indonesia bisa tercerai berai. "Kita khawatir apabila itu benar-benar terjadi," kata Pedro selepas aksi.
Menurutnya, nyala lilin dalam aksi itu sebagai simbol duka atas adanya rasisme dan sentimen agama dalam politik. Selain hal itu, lanjut dia, pihaknya mendesak penangguhan penahanan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang divonis dua tahun. "(Kepastian hukum) Ahok masih berjalan dan belum ada keputusan tetap."
Menurut dia, Ahok andai ditangguhkan penahanannya, bisa bekerja sama dengan penegak hukum. "Kita beri kesempatan pada aset bangsa ini. Kita hormati hukum. Kita juga menuntut hukum Indonesia berjalan independen," kata dia.
Setelah sekitar 18 menit aksi, massa membubarkan diri setelah sebelumnya menyanyikan Garuda Pancasila dan Syukur. Sejak awal hingga paripurna aksi, ratusan polisi menjaga di kawasan Tugu Yogyakarta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)