Seruan ini didengungkan karena banyak kelompok "militer sipil" yang menekan dan meminta kampus membatalkan atau membubarkan kegiatan diskusi dan pemutaran film.
"Banyak pejabat kampus dan mahasiswa yang merasa terancam dan takut melaksanakan kegiatan karena teror itu. Dampaknya, kampus tidak lagi bebas bicara dan menelurkan gagasan kritis," ujar salah satu anggota Forum Intelektural Progresif, Arie Sudjito, saat deklarasi memperjuangkan kebebasan Akademik di Pelataran Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Sabtu (21/5/2016).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Arie yang merupakan dosen UGM mengajak seluruh dosen UGM untuk menjadi pelopor perjuangan mengembalikan kebebasan dan demokrasi dalam lingkup kampus.
Anggota lain, Eko Prasetyo juga sepakat kampus harus melindungi mahasiswanya saat melaksanakan kegiatan dan diskusi dalam lingkup kampus.
"UGM harus berani memulai merebut kembali kebebasan dan demokrasi akademik. Kalau UGM sudah memulai, maka kampus lain pun akan mengikutinya," ujar dosen UGM ini.
Perwakilan mahasiswa Yogyakarta, Ainun, setuju untuk melawan segala tindakan otoriter dan pemasungan kebebasan dan demokrasi di dalam kampus.
"Sangat naif jika kita yang membela kebebasan dan kemerdekaan berpikir malah dibilang membela komunisme," ujar dia.
Para mahasiswa menuntut agar pemerintah dan negara membuka ruang ekspresi dan ruang dialog dalam kampus selebar-lebarnya agar nalar dan masa depan mahasiswa bisa terbentuk.
Dalam aksinya, Forum Intelektual Progresif mendeklarasikan tuntutan dan perlawanan untuk mengembalikan kebebasan dan demokrasi dalam lingkup kampus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(UWA)