Kepala Bidang Penegakan Peraturan Daerah Satpol PP Jepara, Sutarno, menyampaikan tak ada lokalisasi di kabupaten tersebut. Tapi ia tak memungkiri keberadaan prostitusi di Jepara.
"Prostitusi di desa-desa juga banyak," ujar Sutarno, Rabu (2/3/2016).
Sutarno mencontohkan bisnis prostitusi di Desa Mulyoharjo. Beberapa rumah di desa itu menjadi tempat transaksi seks. Pemilik rumah menyewakan kamar untuk pasangan bukan suami istri untuk berhubungan intim.
"Selain menyewakan kamar, juga ada wanita yang mangkal. Mereka beroperasi kucing-kucingan dengan kami, setiap dioperasi selalu berhasil melarikan diri," kata Sutarno.
Kondisi serupa juga ada di Desa Jambu Timur, Kecamatan Mlonggo. Rumah seorang warga menjadi tempat singgah para penjaja seks. Pemilik rumah menyediakan enam kamar untuk melayani konsumen.
"Di tempat ini, sudah berulangkali kami grebek, tapi ya, tidak pernah jera," terang Tarno.
Bisnis itu juga ditemukan di Desa Krasak, Kecamatan Bangsri. Dua rumah menjadi tempat untuk melayani pria hidung belang. Modusnya sama dengan rumah di Desa Jambu Timur.
"Hanya saja tidak ada perempuan mangkal. Hanya menyewakan kamar," lanjutnya.
Selain di rumah-rumah warga, pratik prostitusi juga terjadi di pasar hewan. Tarno melanjutkan, perdagangan hewan terjadi Pasar Wage di Kecamatan Keling saat pagi hari. Malamnya, beberapa pekerja seks komersil menerima panggilan. Biasanya mereka beroperasi melalui komunikasi dalam jaringan (daring) alias online.
"Jadi pesan dulu lewat on line, setelah sepakat bertemu di Pasar Hewan. Di sana banyak kamar-kamar kosong yang biasa digunakan," pungkas Tarno.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)