Sahabat-sahabat Bripda Gilang, Bayu (memakai topi) dan Heri (kiri) saat melayat di rumah duka di Klaten, MTVN - Pythag Kurniati
Sahabat-sahabat Bripda Gilang, Bayu (memakai topi) dan Heri (kiri) saat melayat di rumah duka di Klaten, MTVN - Pythag Kurniati (Pythag Kurniati)

Bripda Gilang Janji Temui Sahabatnya saat Ramadan

ledakan di kampung melayu
Pythag Kurniati • 25 Mei 2017 18:23
medcom.id, Klaten: Kesedihan terlihat di raut wajah Bayu Harjana Putra, 28. Bagaimana tidak, sahabat dekatnya, Bripda Imam Gilang Adinata pergi untuk selama-lamanya. Bripda Gilang menjadi salah satu korban bom Kampung Melayu, Rabu, 24 Mei 2017.
 
Padahal baru lima hari yang lalu, mereka bersua dan berjanji akan bertemu kembali pada pertengahan bulan puasa. 
 
"Rasanya baru saja kami nongkrong bersama," ungkap Bayu saat ditemui di rumah duka, Srago Gede RT 007 RW 005 Kelurahan Mojayan, Klaten Tengah, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Kamis, 25 Mei 2017.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Matanya nanar, mengingat percakapan terakhir dengan sahabat baiknya itu. Gilang, lanjut dia, adalah sahabat sejak dirinya masih kecil.
 
"Baru kemarin (Rabu, 24 Mei 2017) malam, saya kirim pesan singkat ke dia (Gilang). Saya puji sepatunya, saya bilang buat saya saja," tutur Bayu. Tak disangka, Bripda Gilang langsung mengiyakan.
 
Bayu mengatakan Bripda Gilang akan menyerahkan sepatu pada sahabatnya ketika ia pulang ke Klaten. "Katanya 'Gampang, pas saya pulang pertengahan puasa. Sekalian saya mau cari onderdil motor'," Bayu menirukan kata-kata sahabatnya.
 
Rupanya itu menjadi percakapan terakhir Bayu dengan Bripda Gilang. Malam itu juga, saat bertugas di sekitar Kampung Melayu, Bripda Gilang menjadi korban ledakan bom.
 
Kenangan tentang kemurahan hati sahabatnya, membuat Bayu semakin pilu. Di matanya, Gilang tidak pernah berubah meskipun saat ini telah menjadi seorang anggota polri.
 
"Walaupun sudah jadi polisi, dia masih seperti dulu, tidak sombong, tidak berubah. Membaur dengan siapa saja," imbuhnya. 
 
Setiap pulang ke Klaten, Bripda Gilang tak pernah absen bersua dengan sahabat-sahabatnya. Mulai dari makan di angkringan atau sekedar bertukar cerita.
 
Bayu menuturkan, putra sulung dari pasangan Sri Sarjono dan Ening Wiyarti itu sering menraktir rekan-rekannya sambil berbagi pengalaman. "Ia pernah bilang, meskipun tugasnya berat namun harus dijalani dengan sebaik-baiknya," kata Bayu.
 
Bripda Gilang, lanjutnya, pernah bercerita padanya bahwa Gilang pernah ditugaskan pasca meledaknya bom di Thamrin. "Saat itu komentar Gilang, ngeri sekali. Jadi polisi itu tugasnya luar biasa," tuturnya.
 
Sahabat Bripda Gilang lainnya, Heri Prasetyo, 26 mengatakan menjadi polisi memang menjadi cita-cita Gilang sejak kecil. "Makanya waktu kecil kami suka main tembak-tembakan di kebun," kenangnya.
 
Heri sempat tidak percaya menerima kabar meninggalnya Gilang sebagai salah satu korban bom Kampung Melayu. "Tidak percaya, sedih sekali rasanya," pungkas dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(RRN)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif