"Bapak (Damsuki) masih keturunan KH Nur Iman. Beliau sering berdakwah di sekitar Sleman dan sudah dikenal baik di sini," kata anak pertama Damsuki, Muhamad Khoiron, di rumah duka di Dusun Mlangi Desa Nogotirto Kecamatan Gamping, Jumat (9/10/2015).
Keluarga merasa kehilangan atas meninggalnya Damsuki, namun di sisi lain, kepergian setelah menunaikan rukun Islam kelima itu patut menjadikan pihak keluarga ikhlas.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Berduka karena bapak sudah tiada. Tapi harus ikhlas bahkan bahagia karena bapak meninggal sesudah menuntaskan ibadah haji. Itu cita-cita bapak sedari dulu," ujar Khoiron.
Khoiron mengakui, kondisi kesehatan ayahnya sudah menurun sejak keberangkatan. Di usianya yang cukup tua, sudah tidak banyak aktivitas yang bisa dilakukan Damsuki.
"Kondisi bapak memang sudah rapuh. Kalau berjalan 50 meter sudah tidak kuat. Badannya sangat kurus karena makannya sedikit. Hanya bubur dan jenang," kata dia.
Sebelum berangkat ke Tanah Suci, keluarga sempat keberatan melepas Damsuki. Namun karena semangat Damsuki yang menggebu-gebu akhirnya mendapatkan restu.
"Kami sedih, tapi juga bahagia karena kami percaya beliau meninggal dengan khusnul khotimah," katanya.
Damsuki dimakamkan di komplek Masjid Pathok Negoro, Mlangi. Ia dimakamkan sekitar pukul 14.30 WIB dihadiri ratusan warga, keluarga dan kerabat terdekat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SBH)