Aktivitas siswa di SBBS Sragen, Jalan Gemolong Asri Nomor 1 Gemolong, Sragen, Jawa Tengah, Jumat (29/7/2016). (Metrotvnews.com/Pythag Kurniati)
Aktivitas siswa di SBBS Sragen, Jalan Gemolong Asri Nomor 1 Gemolong, Sragen, Jawa Tengah, Jumat (29/7/2016). (Metrotvnews.com/Pythag Kurniati) (Pythag Kurniati)

Siswa Kaget SBBS Sragen Disebut Terafiliasi Organisasi Teroris

indonesia-turki
Pythag Kurniati • 29 Juli 2016 14:09
medcom.id, Solo: Sekilas, tak ada yang beda dari sekolah berlokasi di Jalan Gemolong Asri Nomor 1 Gemolong, Sragen, Jawa Tengah. Aktivitas berlangsung seperti sekolah-sekolah pada umumnya.
 
Perbedaan baru terasa ketika salah satu siswa menemui Metrotvnews.com, pada Jumat 29 Juli 2016. Bukan berbahasa Indonesia, dia memperkenalkan diri dengan bahasa Turki.
 
Aniditya Bayu Murti, 16, namanya. Dia merupakan siswa kelas XII di SMA Negeri Sragen Bilingual Boarding School (SBBS). Tio, sapaan akrabnya, bilang, sebuah kewajaran bila siswa-siswa di sini mahir berbahasa asing. 

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Maklum, SBBS menggunakan bahasa Inggris dan Indonesia sebagai bahasa pengantar. "Kalau bahasa Turki, dulu diajarkan dua jam dalam seminggu," katanya. Sejak tahun lalu, pelajaran bahasa Turki diganti Arab.
 
Siswa-siswa yang belajar di SBBS bukanlah siswa biasa. Rata-rata mereka berprestasi. Tio, misalnya. Dia sempat menjadi finalis olimpiade matematika nasional. 
 
Siswa asal Malang, Jawa Timur ini memilih SBBS lantaran ingin melanjutkan kuliah ke Prancis. Tio telah menempuh pendidikan di SBBS sejak SMP.
 
Namun, kini Tio merasa was-was. Oleh Kedutaan Besar Turki, sekolah tempatnya belajar diminta ditutup. Pemerintah berkuasa Turki menganggap sekolah ini berafiliasi dengan organisasi teroris (Fethullah Terrorist Organization/Feto).
 
Siswa Kaget SBBS Sragen Disebut Terafiliasi Organisasi Teroris
Kompleks SBBS Sragen. (Metrotvnews.com/Pythag Kurniati)
 
Namun, Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SBBS, Arie Mayang, menampik sekolah ini berafiliasi dengan Feto. Alasannya, pihak sekolah telah memutus kerja sama dengan Pasific Countries Social and Economy Solidarity Association (Pasiad) sejak November 2015.
 
Pasiad merupakan organisasi nirlaba yang digagas oleh pengusaha-pengusaha Turki. Sasarannya, kegiatan sosial dan pendidikan. 
 
"Sejak itu (November 2015) kami tidak bekerja sama lagi," tutur Arie.
 
Pengaruhnya di kegiatan belajar mengajar (KBM), timpal Tio, cukup terasa. Saat SBBS masih bekerja sama dengan Pasiad, ada guru asing yang mendampingi selama 24 jam.
 
Selain itu, siswa-siswi juga sering diajak berdiskusi. Ada waktu khusus, yakni satu minggu sekali mereka mendiskusikan banyak hal dengan guru-guru asing.
 
"Pernah sekali waktu kami diajak diskusi mengenai terorisme," kata dia.
 
Tio juga bercerita mengenai buku-buku karangan Fethullah Gulen di sekolahnya. "Mereka tidak mewajibkan siswa membaca itu. Tapi merekomendasikannya. Saya tidak pernah beli, mereka menyediakan secara gratis untuk dibaca," jelasnya.
 
Tahun 2013, kata Tio, pihak sekolah juga pernah menggelar study tour ke Turki bagi siswa yang berminat. "Ditemani guru asing. Ke Istanbul, Ankara dan beberapa tempat lain. Jalan-jalan biasa," ungkapnya.
 
Tio mengaku kaget saat mendengar sekolahnya disebut-sebut ada hubungan dengan organisasi teroris FETO. Padahal, katanya, tidak ada hal aneh atau janggal selama mengikuti kegiatan belajar mengajar. "Biasa saja. Seperti kegiatan belajar mengajar di asrama pada umumnya," kata dia.
 
Tio menuturkan, setiap pagi mereka menunaikan salat Subuh berjemaah. Kemudian membaca Alquran dan belajar mandiri. Pada pukul 07.00-15.00 WIB, siswa-siswi mengikuti KBM.
 
"Setelahnya, dari pukul 15.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB ada kegiatan ekstrakulikuler. Kemudian belajar mandiri," paparnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(SAN)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif