Andi menjelaskan, selain Indonesia, beberapa negara yang sudah merilis hasil kajiannya yakni Amerika Serikat dan Jepang. Amerika memprediksi dampak El Nino sampai di Indonesia akan muncul sekitar Agustus hingga September.
Sementara itu, pemerintah Jepang memprediksi munculnya dampak El Nino sampai di Indonesia terjadi sekitar Agustus hingga Desember.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Ada pendapat yang berbeda-beda, itu karena metodologi yang digunakan setiap negara berbeda," ucap Andi dalam sebuah forum diskusi, di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Sabtu (22/8/2015).
Andi mengklaim memiliki data mengenai potensi terjadinya El Nino di Indonesia. Pihaknya mengaku akan mencari tahu seperti apa tren terjadi El Nino di Indonesia. "Antisipasinya agar bisa kita lakukan tiga atau empat bulan ke depan," katanya.
Pakar pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Azwar Maas meminta pemerintah agar membuat kebijakan yang bisa membuat air hujan tertahan selama mungkin di daratan. Dengan banyak tertahannya air di daratan akan meminimalisasi dampak kekeringan.
Azwar juga mengatakan, selain kekeringan, potensi banjir akibat terjadinya La Nina juga mengancam Indonesia. Setidaknya banjir dan tanah longsor hampir setiap tahun terjadi sudah menjadi bukti.
"Sudah masanya pemerintah mengubah tatanan tata ruang, baik DAS (daerah aliran sungai) hulu dan hilir," ucapnya.
Menurutnya, bagian DAS hulu akan lebih baik apabila dijadikan hutan. Tujuannya, agar bisa menjadi kawasan penahan air. "Nanti kalau sungainya bagus, dampak yang publik terima juga bagus," jelasnya.
Dampak El Nino yang dirasakan di Indonesia adalah kemarau yang semakin panjang. El Nino juga memperlambat datangnya musim hujan. El Nino juga berpengaruh terhadap kehidupan bawah laut.
(UWA)