Usai merebutkan air sisa jamasan pusaka, warga berebut uang koin dalam prosesi udik-udik di Pura Mangkunegaran, Solo, Jawa Tengah. (Metrotvnews.com/Pythag Kurniati)
Usai merebutkan air sisa jamasan pusaka, warga berebut uang koin dalam prosesi udik-udik di Pura Mangkunegaran, Solo, Jawa Tengah. (Metrotvnews.com/Pythag Kurniati) (Pythag Kurniati)

Mereguk Berkah Air Cucian Pusaka Mangkunegaran

tahun baru islam
Pythag Kurniati • 14 Oktober 2015 11:01
medcom.id, Solo: Sebagian masyarakat Solo, Jawa Tengah dan sekitarnya percaya, sisa air untuk mencuci pusaka bakal mendatangkan berkah. Mereka meriung di Pura Mangkunegaran menanti berkah di Malam Satu Suro.
 
Sejak pukul 18.00 WIB, Selasa, 13 Oktober 2015 ribuan warga dari berbagai daerah sudah memadati pura yang didirikan RM Said itu. 
 
Tiap malam 1 Suro atau 1 Muharram, Pura Mangkunegara akan mengarak pusaka mengelilingi benteng pura. Dalam kirab tersebut, semua peserta menjalani topo bisu (tak bicara). 

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Sebelum kirab, pusaka akan disucikan dengan air. Warga menanti-nanti air bekas cucian pusaka tersebut.
 
Maka, ketika satu persatu barisan pembawa pusaka keluar, untuk melakukan kirab, ribuan orang langsung menyerbu air bekas jamasan (mencuci) pusaka. 
 
Beberapa di antara mereka bahkan telah membawa botol air dari rumah. Usai merebutkan air, warga tak langsung pergi. Mereka menanti prosesi udik-udik. Dalam prosesi ini kerabat Mangkunegaran menyebarkan uang koin dalam buntalan plastik.
 
Tanpa komando, ribuan warga langsung berdesak-desakan meraih uang koin tersebut. Mereka masih memiliki kepercayaan, air dan uang koin dari kerabat Mangkunegaran dapat mendatangkan berkah.
 
Salah satu kerabat Mangkunegaran, Kanjeng Raden Mas Tumenggung (KRMT) Liliek Priyarso mengungkapkan tradisi ini telah dijalankan turun-temurun. “Prosesi udik-udik, yakni berebutan uang receh. Itu maknanya berbagi dengan sesama. Raja Mangkunegaran memberikan sedekah untuk kesejahteraan warganya,” tutur Liliek.
 
Sementara warga asal Tipes Solo, Sumarti, 70, mengaku selalu mengikuti prosesi sejak puluhan tahun lalu. 
 
“Saya juga ikut keliling tembok Mangkunegaran sambil mbisu. Itu sebagai wujud instropeksi, sambil berdoa semoga tahun-tahun mendatang semuanya akan jauh lebih baik,” harapnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(SAN)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif