Tim yang beranggotakan Rektor UGM Dwikorita Karnawati, Teuku Faisal Fathani, Wahyu Wilopo, serta didukung oleh Deputi Riset Badan Standardisasi Nasional (BSN) Nyoman Supriatna dan Direktur PRB BNPB Lilik Kurniawan berhasil mendapat persetujuan positif dari 19 negara pada sidang ISO/TC 292 di Jeju, Korea Selatan, pada 24-28 April 2017. Tidak ada negara yang memberikan voting negative, 18 negara abstain, dan 12 negara berkomitmen untuk berpartisipasi.
"Ini merupakan karya Developing Country yang pertama sepanjang sejarah dan berhasil menembus sistem standardisasi internasional melalui ISO untuk menjadi rujukan dunia, khususnya di bidang Security and Resiliency di kawasan rawan longsor," kata Dwikorita, Senin 1 Mei 2017.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dwikorita menjelaskan, sistem yang dikembangkan UGM ini dipandang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan keselamatan dan ketangguhan di kawasan rawan longsor dengan kondisi sosial masyarakat yang kompleks.
Sistem ini terdiri dari tujuh sub sistem, yaitu risk assessment (penilaian risiko), disemination of knowledge (penyebarluasan pengetahuan tentang mitigasi bencana longsor dan cara mencegah ataupun merespons dengan tepat), establishment disaster preparedness and response team (penetapan tim kesiapsiagaan dan tanggap darurat), development of evacuation route and map (pengembangan rute dan peta evakuasi), development of standard operational prosedur (pengembangan SOP untuk kedaruratan), monitoring, early warning and evacuation drill (pemantauan, peringatan dini, dan gladi evakuasi), serta commitment of the local government and community on the operation and maintenance of the whole system (komitmen pemerintah dan masyarakat setempat untuk pengoperasian dan pemeliharaan seluruh sistem).
"Keandalan sistem ini telah diaplikasikan di 25 provinsi di Indonesia, bahkan Tiongkok dan Myanmar. Selain itu, telah teruji dalam beberapa kali upaya penyelamatan warga di beberapa desa atau kawasan rawan longsor karena sistem tersebut merupakan Hybrid Socio-Technical system yang mengintegrasikan antara sistem teknis dan sistem sosial-budaya dan diperkuat oleh technical and human sensor (ilmu titen)," urai Dwikorita.
Dengan diprosesnya `Community-based Landslide Early Warning System` karya UGM ini sebagai ISO 22327, maka Indonesia berhasil memperkokoh peran dan posisinya sebagai negara rujukan dunia di bidang teknologi mitigasi terhadap bencana longsor. Posisi ini sangat strategis untuk dikembangkan lebih lanjut, sehingga Indonesia patut menjadi negara industri teknologi mitigasi bencana yang sejajar dengan negara-negara industri teknologi kebencanaan lainnya, seperti Jepang, Tiongkok, dan Amerika.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(NIN)