Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) DIY Agus Andriyanto mengatakan ratusan bus tersebut beroperasi di 17 jalur. Namun hanya dua jalur yang lebih banyak mengangkut penumpang.
"Yaitu jalur 1 A hingga jalur 4. Tingkat keterisian penumpangnya di atas 40 persen. Jalur lainnya sepi penumpang," kata Agus melalui sambungan telepon kepada Metrotvnews.com, Senin 23 Oktober 2017.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Agus menyayangkan soal tersebut. Sebab Trans Jogja beroperasi sejak 8 tahun lalu. Namun angkutan tersebut dinilai kurang populer.
Agus menyarankan pemerintah setempat meningkatkan kualitas manajemen Trans Jogja. Agus khawatir, bila terus dalam kondisi itu, bukan tak mungkin Trans Jogja tergilas dan kalah bersaing dengan transportasi berbasis aplikasi alias online.
Agus juga meminta pemerintah memerhatikan kondisi bangunan shelter dan halte. Ia menilai shelter portable harus diganti dengan bangunan permanen. Sebab shelter portable membuat calon penumpang Trans Jogja tak nyaman dan aman.
Kepala Kepala Seksi Operasional dan Pengendalian UPT Transjogja, Sigit Wahyu, mengakui belum semua jalur efektif mengangkut warga. Hanya jalur 1A dan 1B rute Prambanan Malioboro yang penuh dan banyak dinaiki warga. Sementara jalur lainnya masih sepi. Terutama pada jalur baru yang diluncurkan pada April- Mei 2017 yakni jalur 9-17.
"Adanya transportasi online kayak gojek, uber dan grab juga bikin penumpang menurun,. Mereka bilang naik transportasi online lebih cepat," kata Sigit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)
