Gadis kelahiran Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan, 3 Oktober 1996 itu mengatakan, bermusik telah menjadi kegemarannya sejak kecil. “Dari dulu ayah memfasilitasi gitar. Kebanyakan keluarga memang menyukai seni,” terang DJ yang akrab disapa Chika itu.
Sebelum terjun menjadi seorang DJ satu tahun silam, mahasiswi semester enam Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi, Mojosongo, Solo itu sudah mahir memainkan beberapa alat musik. “Gitar dan biola. Saya memang sangat tertarik mempelajari alat-alat musik,” jelas dia.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Ariska Wigatiningtyas saat menunjukkan aksinya
Putri sulung pasangan Sukarno dan Eka Budi Winarni tersebut bercerita, ketertarikannya di dunia DJ dimulai sekitar satu tahun lalu. “Waktu itu teman saya menawarkan sekolah DJ di Yogyakarta. Kebetulan karena liburan dan saya tidak pulang ke Lampung jadi saya coba,” paparnya.
Satu bulan lebih mengakrabi CDJ, mixer dan headphone membuatnya semakin menyukai musik. “Pertama kali saya manggung di sebuah mal di Solo Baru, Sukoharjo. Setelah itu tawaran manggung menjadi DJ mulai berdatangan,” tutur Chika.
Ia pernah tampil di FOSR (Automotive Show Down) di The Park Mall Solo Baru, Solo Youth Fest, Posion Market Carnival Yogyakarta, MSI Fest Yogyakarta, Fabriek Fikr dan masih banyak lagi. “Di Fabrik Fikr saya tampil menggunakan cadar menyesuaikan tema acara saat itu yakni Arabic Indian,” katanya.
Menjadi DJ Berprinsip
Chika menuturkan, menjadi seorang DJ bukan tanpa kesulitan. Ia pun harus berhadapan dengan stigma negatif masyarakat tentang DJ berhijab. Lebih-lebih setelah videonya menjadi viral di media sosial.
“Meski menjadi DJ saya tetap memegang beberapa prinsip,” imbuhnya. Prinsip tersebut sekaligus menjadi syarat mutlak dari orang tuanya jika Chika ingin menekuni dunia DJ. Kedua orang tua bahkan terus memberikan support padanya.
“Pertama, tidak boleh main di kelab malam, hanya bermain di event saja. Kemudian, tetap berpakaian sopan dan tidak bermain sampai larut malam,” kata dia. Chika pun memegang komitmen untuk tidak menyentuh narkoba dan miras. Ia juga mengaku tak banyak melakukan gerakan saat manggung.
Selain itu, Chika tetap mengatur agar jadwal pentasnya tidak mengganggu jadwal kuliah sebagai mahasiswa fakultas farmasi. “Saya kebanyakan hanya ambil job di akhir pekan,” tutur Chika.
Setiap orang, lanjutnya, berhak memiliki penilaian pribadi mengenai dirinya. Namun Chika tak mau terlalu ambil pusing dengan komentar orang-orang. "Mereka berhak menilai saya," kata dia.
Membeli Alat dari Hasil Keringat Sendiri
Tak hanya sekedar hobi, hasil menjadi DJ selama lebih dari satu tahun ia gunakan untuk membeli peralatan. “Peralatan saya beli sendiri dan tidak minta pada orang tua. Laptop pun sekaligus bisa digunakan untuk kuliah,” katanya.
Meski demikian, Chika tidak pernah mematok harga untuk permintaan tampil di berbagai event. “Saya lebih ke mencari pengalaman dan enjoy menjadi DJ,” imbuh dia.
Tak terbersit di benak Chika untuk meninggalkan dunia DJ jika dirinya meraih sukses di bidang farmasi nanti. Lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) 2 Tulang Bawang Tengah, Lampung itu mengatakan tetap akan menekuni hobinya bermusik dan menjadi seorang DJ.
“Kalau disuruh memilih, saya memilih dua-duanya. Farmasi dan DJ, tidak bisa dilepaskan,” tutupnya sembari melempar senyum.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ALB)
