Foto terakhir Erry Yunanto diserahkan ke SAR, Metrotvnews.com/ Pythag Kurniati
Foto terakhir Erry Yunanto diserahkan ke SAR, Metrotvnews.com/ Pythag Kurniati (Pythag Kurniati)

Lahar dan Gudel Taklukkan Merapi untuk Angkat Tubuh Erri

pendaki jatuh di kawah merapi
Pythag Kurniati • 20 Mei 2015 17:29
medcom.id, Solo: Bagas Setiawan, 29, merupakan salah satu sosok pemberani yang mengangkat tubuh Erri Yunanto dari kawah Gunung Merapi wilayah Boyolali, Jawa Tengah. Sebagai relawan yang membantu SAR, ia harus memiliki banyak pertimbangan saat mengangkat korban.
 
Saat ditemui Metrotvnews.com di Boyolali, Jawa Tengah (Jateng), Bagas berbagi cerita soal perjuangan mengangkat tubuh mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang jatuh ke kawah di bawah Puncak Garuda Merapi.
 
Lahar dan Gudel Taklukkan Merapi untuk Angkat Tubuh Erri
(Lahar, relawan pertama yang mendekati tubuh Erri di kawah Merapi, Metrotvnews.com/ Pythag Kurniati)

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Sangat luas. Demikian ungkapan Bagas menggambarkan kawah di bawah Puncak Garuda itu. Ia pun memperkirakan kawah dua kali luas lapangan bola.
 
Suhunya sangat panas, melebihi titik didih air 100 derajat Celcius. Itu yang menjadi salah satu kesulitan mengangkat tubuh Erri.
 
"Suhu terakhir di dasar kawah berkisar 140 derajat Celcius," kata pria pemberani yang akrab disapa Lahar itu, Rabu (20/5/2015).
 
Lahar bergerak cepat menembus suhu kawah. Bahkan, ia tak mengenakan pakaian antipanas. "Pertimbangannya karena kita butuh pergerakan yang cepat," ungkap Lahar.
 
Upayanya tak sia-sia. Pada Senin 18 Mei 2015, Lahar menemukan tubuh Erri tertelungkup di dasar kawah dengan matanya sendiri.
 
Tapi, Lahar tak bisa sendirian mengangkat tubuh Erri. Melalui komunikasi radio, ia lalu meminta bantuan seorang temannya, Hendro Sambodo, yang merupakan anggota tim SAR Yogyakarta. Hendro pun sudah bersiaga membantu pengangkatan tubuh Erri.
 
Lahar dan Gudel Taklukkan Merapi untuk Angkat Tubuh Erri
(Pos koordinasi SAR di kawah Merapi, tak jauh dari lokasi tubuh Erri ditemukan, sumber: istimewa)
 
Sementara empat relawan lain berada di titik blank 50. Tugas mereka mem-back up Bagas dan Hendro yang berjibaku di dasar kawah.
 
Setelah berkoordinasi, tim SAR dan relawan menyatakan tak bisa mengangkat tubuh Erri ke bibir kawah pada Senin itu. Pertimbangan lain, Erri tak menampakkan pergerakan. Setelah dicek, tim menyatakan Erri sudah meninggal.
 
Hingga akhirnya, tim bersepakat mengangkat Erri esok hari, Selasa 19 Mei 2015. Alasan lain, kondisi alam yang tak mendukung. Selain suhu sangat panas, gas beracun pun mengancam keselamatan tim.
 
Lahar dan Gudel Taklukkan Merapi untuk Angkat Tubuh Erri
(SAR dan relawan berjibaku mengangkat tubuh Erri ke bibir kawah Merapi, dok: SAR)
 
Sesuai dengan kesepakatan, tim kembali berupaya mengangkat Erri dari kawah. Sekira pukul 16.00 WIB, 19 Mei, tim berhasil membawa Erri ke pintu masuk pendakian Selo dan membawa jenazah ke RSUD Boyolali.
 
"Keberhasilan ini karena tim yang sangat luar biasa. Kuncinya saling yakin," tutur Lahar dengan rendah hati.
 
Bagi Lahar, bukan kali itu ia memasuki area kawah yang bersuhu panas. Ia pernah terlibat dalam misi penyelamatan di Gunung Sinabung.
 
"Saya menjadi relawan sudah sejak lama, bergabung dengan Barameru sejak 2008," ungkapnya.
 
Keberaniannya itu mungkin berkaitan dengan masa kecilnya. Lahar lahir di Desa Kembang Kuning, di lereng Gunung Merbabu. Lahar kecil dekat dengan gunung.
 
Geraknya lincah. Itu terbukti saat ia bergerak cepat menerobos suhu panas di kawah Merapi. Jadi tak heran bila ia mendapat nama panggilan Lahar.
 
"Saya juga nggak tahu kenapa dipanggil Lahar, julukan dari teman-teman," katanya.
 
'Kunjungannya' ke kawah Merapi itu merupakan kali ketiga. Ia pernah mendatangi kawah di 2014, tepatnya di bulan Mei dan November.
 
Untuk apa ia memasuki kawah tanpa ada tujuan penyelamatan?
 
"Saya merasa kejadian ini bisa terjadi, dan ternyata benar," kata pria yang saat dtemui tengah mengenakan ikat kepala itu.
 
Lahar dan Gudel Taklukkan Merapi untuk Angkat Tubuh Erri
(Hendro saat beraksi melakukan penyelamatan, dok: istimewa)
 
Lain lagi dengan Hendro. Saat berada di kawah, ia teringat dengan keluarganya. Kekhawatiran pun muncul. Tapi itu tak lama. Ia kembali fokus pada tugasnya.
 
"Waktu di dalam kawah ya saya fokusnya hanya evakuasi. Karena ini terkait dengan keselamatan tim lainnya, kalau tidak fokus bisa membahayakan" terang pria yang akrab disapa Gudel itu.
 
"Tanpa tim yg solid, baik posko operasi, tim atas, BPPTKG dan personel pendukung, kami tdk berani turun," ujarnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(RRN)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif