Surabaya dinilai berhasil memanfaatkan teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pelaksanaan tata kelola pemerintahan.
Direktur Eksekutif CfDS Nanang Pamuji Mugasejati mengatakan keberhasilan masing-masing kota dalam memanfaatkan TIK dalam tata kelola pemerintahannya tidak lepas dari kreativitas kepala daerah masing-masing.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
“Kepala daerah yang peduli akan lebih banyak mengaplikasikan TIK dalam melayani warga,” kata Nanang melalui siaran pers di Yogyakarta, Jumat (27/5/ 2016).
Diakui Nanang, fenomena masyarakat digital sudah sangat nyata di masyarakat. Namun belum dimanfaatkan secara optimal oleh daerah. Bahkan belum banyak yang menyadari bahwa pada dasarnya diperlukan adaptasi untuk dapat benar-benar memanfaatkan fenomena ini, terutama dalam sisi penyelesaian masalah sosial.
“Masalahnya selama ini daerah selalu terkendala infrastruktur, kesiapan pemerintah dan kesiapan masyarakat. Kita lihat banyak website pemerintah yang tidak optimal karena tidak ada interaksi dari masyarakat,” terangnya.
Namun, kepala daerah yang memanfaatkan teknologi digital dalam menjalankan kegiatannya, menjadikan partisipasi warganya makin lebih besar dalam menyelesaikan persoalan secara bersama-sama.
Contohnya kota Surabaya dan Bandung. Kemampuan Risma dan Ridwan Kamil mampu membawa kota yang dipimpinnya berhasil.
“Kita berharap akan muncul pemimpin baru yang tumbuh dari masyarakat digital lebih pastisipatif dan tidak korup. Karena demokrasi digital e-government memberi peluang untuk mendorong transformasi indonesia makin terbuka,” jelasnya.
Riset 12 kota cerdas dilakukan selama kurang lebih satu tahun dengan menggunakan 57 indikator kriteria penilaian. Di antaranya menilai dampak dari hasil inovasi dan berbagai aplikasi TIK yang dibuat pemerintah dalam melayani warga di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, tranpsortasi dan kebutuhan masyarakat miskin.
Peneliti CfDS, Viyasa Rahya Putra, mengatakan pemilihan 12 kota cerdas ini tidak didasarkan pada aktif dan tidaknya seorang pemimpin daerah di ruang media sosial namun betul-betul dinilai dari program yang dijalankan pemerintah lewat TIK.
“Kita menilai program yang kongrit lewat ICT,” terangnya.
Ia menambahkan, pemilihan 12 kota tersebut dinilai karena dianggap sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, pusat ekonomi kreatif dan pusat interaksi sosial. 12 kota yang dianggap berhasil menjalankan program smart city adalah Surabaya, Bandung, Makassar, Semarang, Yogyakarta dan Surakarta, Palembang, Denpasar, Samarinda, Medan, Ambon, dan Jayapura.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(MEL)
