Sepasang bayi kembar siam yang belum diberi nama dirawat di dalam inkubator di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Kedu, Temanggung, Jawa Tengah, Rabu (24/2). (Ant/Anis Efizudin)
Sepasang bayi kembar siam yang belum diberi nama dirawat di dalam inkubator di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Kedu, Temanggung, Jawa Tengah, Rabu (24/2). (Ant/Anis Efizudin) (ant, Kiswantoro)

Bayi Kembar Siam di Temanggung Masih di Inkubator

kembar siam
ant, Kiswantoro • 25 Februari 2016 10:40
medcom.id, Temanggung: Pasangan Nuri Hasyim, 30, dan Sri Murti, 26, tak menyangka akan memiliki bayi kembar siam. Tak ada firasat apa pun selama Sri mengandung anak pertama mereka.
 
"Saat USG, kandungan diketahui bayi kembar, tetapi baru tahu kembar siam setelah persalinan," kata Nur Hasyim, di RS PKU Muhammadiyah, Temanggung, Jawa Tengah, Kamis (25/2/2016).
 
Warga Dusun Nongkosawit, Desa Kentengsari itu, mengatakan, istrinya rutin periksa kandungan ke bidan selama kehamilan. Di bulan-bulan akhir sebelum persalinan, mereka juga memeriksakan ke dokter kandungan.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Namun, betapa terkejutnya ketika Sabtu 20 Februari 2016, mereka mendapati bayi perempuannya dempet alias siam. Bayi itu hingga kini masih dalam perawatan rumah sakit.
 
Pantauan Metro TV di PKU Muhammadiyah Temanggung, kedua bayi perempuan tersebut masih berada di inkubator. Bayi kembar siam itu lahir melalui proses operasi caesar, masing-masing mempunyai berat 1,5 kilogram dan panjang 47 centimeter.
 
Wakil Direktur PKU Muhammadiyah Bidang Pelayanan Klinis, Achiruddin Timora mengatakan kondisi kesehatan bayi sempat turun beberapa waktu setelah lahir. Namun, kini telah stabil dan berat badannya perlahan naik.
 
Ia menuturkan kedua bayi menyatu pada bagian dada dan perut. Berdasar rontgen, organ jantung dan usus terpisah, artinya mereka memiliki organ sendiri-sendiri.
 
"Namun, organ hati besar. Hal ini bisa menyatu atau memang terpisah tetapi jaraknya sangat dekat. Ini perlu penelitian dengan alat lebih canggih," katanya, seperti dikutip Antara.
 
Ia mengatakan, selama ini fungsi organ dalam berfungsi normal, hal ini ditandai dari pernafasan, detak jantung dan dapat buang air. Hanya saja, seperti apa kondisi ke depan, pihaknya tidak mengetahui. Untuk itu akan segera dirujuk ke RSUP dr. Kariadi Semarang guna penanganan lebih intensif dan operasi pemisahan.
 
"Di RSUP yang punya peralatan lebih canggih dan didukung para ahli. Operasi pemisahan perlu dokter ahli yang kompeten. Kami menjaga agar kondisi bayi sehat dan stabil sehingga kuat dalam perjalanan," katanya.
 
Kesulitan biaya
 
Selama ini, Hasyim dan istrinya tinggal di Sidoarjo, Kabupaten Sragen, Jateng. Daerah itu adalah asal orang tuanya. Pemeriksaan kandungan dilakukan di Sragen, sedangkan Candiroto merupakan asal istrinya.
 
Ia berharap anaknya dapat menjalani operasi pemisahan dan tumbuh menjadi dua bayi kembar sehat tanpa ada kendala berarti.
 
Namun, katanya hal ini masih terhambat dengan minimnya dana untuk proses operasi yang cukup mahal. Oleh sebab itu pihaknya meminta uluran tangan para dermawan untuk dapat membantu meringankan beban guna membayar operasi pemisahan.
 
"PKU Muhammadiyah sebenarnya telah membantu meringankan biaya persalinan dan perawatan. Namun, khusus biaya pemisahan jujur kami belum siap. Apalagi, BPJS yang baru saja saya urus belum aktif, masih menunggu beberapa waktu lagi," katanya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(SAN)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif