medcom.id, Brebes: Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, menggelar festival film pelajar. Karya pemenang lomba akan diputar pada hari anak nasional pertengahan Juli mendatang.
Kabid Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA), BKBPP Kabupaten Brebes, Rini Pujiastuti, mengatakan, even yang diselenggarakan ini bertajuk stop kekerasan terhadap anak. Dengan melibatkan pelajar, diharapkan anak-anak ikut mengkampanyekan anti kekerasan yang angkanya cukup tinggi di Brebes.
“Kegiatan ini khusus untuk pelajar SMP dan SMA sederajat yang ada di wilayah Kabupaten Brebes. Hasil karya ditunggu di kantor BKBPP berupa CD dan dilampiri poster film palng lambat tanggal 17 Juli 2016,” kata Rini, Minggu (22/5/2016).
Rini menjelaskan, film yang diproduksi harus ada salah satu unsur hak dasar anak. Di antaranya hak hidup, tumbuh kembang, partisipasi, dan perlindungan. Selain itu, karyanya belum pernah dilombakan.
Peserta bebas menggunakan pemeran pemain, bisa dewasa ataupun anak-anak. Namun, kata Rini, meskipun dibantu guru pembimbing, produksi dan ide cerita harus asli dari siswanya. Panitia juga tidak membatasi peralatan yang akan digunakan untuk memproduksi film.
Dalam menentukan pemenang, BKBPP bekerja sama dengan Komite Film dan Sinematografi Dewan Kesenian Kabupaten Brebes. Keputusan juri tidak bisa diganggu gugat.
“Hasil technical meeting beberapa waktu lalu dengan para calon peserta yang berjumlah 50 sekolah dari SMP dan SMA sederajat, produksi film sudah bisa dilakukan mulai Senin besok (23/5). Kami menyediakan hadiah untuk 6 kategori,” ujarnya.
Panita Pelaksana Kegiatan, Kursin, menyebut film yang diproduksi bisa berupa film pendek, spot iklan layanan, video klip atau lainnya. Durasi yang disepakati antara 5-10 menit.
Gandeng Ulama
Sementara itu, Bupati Brebes Idza Priyanti mengajak para alim ulama untuk ikut menangkal tindak kekerasan dan kejahatan seksual terhadap anak. Lewat tausyiah mereka diharapkan dapat membantu menekan kekerasan pada anak yang cukup tingi di Brebes.
“Peran ulama sangat kuat dalam penanggulangan secara preventif tindak kekerasan maupun kejahatan seksual terhadap anak,” ujar Idza.
Idza menjelaskan upaya preventif para ulama bisa melalui ceramah pada pengajian, khutbah Jumat, maupun lewat berbagai jamiyah yang ada di perkampungan serta pembimbingan di pondok pesantren.
Bupati mengaku telah meminta dan mengajak para ulama untuk ikut mengkampanyekan anti kekerasan seksual pada anak di wilayahnya. Hal itu disampaikan saat ia memberikan bantuan pembinaan kepada mereka.
“Saya sudah titip pesan kepada para ulama untuk bersama-sama menekan angka kekerasan seksual terhadap anak,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(UWA)