Keraton Yogyakarta. Foto: Antara/Andreas F. Atmoko
Keraton Yogyakarta. Foto: Antara/Andreas F. Atmoko (Ahmad Mustaqim)

Dhawuh Dalem Tak Perlu Ditafsirkan Lebih

keraton yogyakarta
Ahmad Mustaqim • 07 Januari 2016 21:37
medcom.id, Yogyakarta: Adik kandung Raja Keraton Yogyakarta, Gusti Bendoro Pangeran Haryo Hadiwinoto, mengatakan ada yang tidak tepat dalam menafsirkan Dhawuh Dalem yang Sultan keluarkan pada 31 Desember 2015. Jika ada menilai hal itu mengancam keberadaan kerabat atau abdi dalem yang tak sepakat, Hadiwinoto menilai isi Dhawuh Dalam sudah sesuai paugeran keraton.
 
"Saya melihat kalimat yang ditafasirkan over (berlebih). Harus dibaca berulang-ulang baru tahu (artinya)," kata Hadiwinoto, Kamis (7/1/2016).
 
Ada sejumlah hal penting isi Dhawuh Dalem yang Sultan HB X keluarkan pada akhir tahun lalu. Poin penting itu, yakni Sultan sebagai raja meminta abdi dalem dan kerabat setia pada perintahnya. Kemudian, bagian mereka yang tidak setia dipersilakan keluar dari tanah kerajaan Mataram.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


"Yang jelas, kita semua juga tetap memberikan sesuatu. Positive thinking. Jangan sampai yang kita terima berbeda," ujar Hadiwinoto.
 
Komisaris Jogja City Mall ini juga mengatakan, apa yang Sultan sampaikan itu bukan dhawuh, namun lebih pada meminta pengertian pada abdi dalem dan kerabat. Menurutnya, apa yang Sultan keluarkan agar tidak menimbulkan friksi.
 
Ia mencontohkan pada isi lain dari Dhawuh Dalem yang menjelaskan bahwa keraton tidak bisa diwariskan. Keraton, kata dia, sebagai lembaga tidak bisa diwariskan kepada siapa pun.
 
"Beliau (Sultan) masih meugemi (menjaga) paugeran. Berarti beliau tahu persis keraton tidak bisa diwaris. Keraton sudah bisa mengatur dan menata," kata dia.
 
Ia menambahkan, seluruh abdi dalem maupun kerang sudah memiliki aturan masing-masing. Dengan begitu, lanjutnya, tidak kemudian abdi dalem dan kerabat semena-mena.
 
Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan HB X, mengeluarkan Dhawuh Dalem pada pengujung tahun lalu. Sejumlah kerabat ada yang memilih tak hadir karena yang mengundang memakai nama Hamengku Bawono, bukan Hamengku Buwono.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(UWA)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif