Demikian dikatakan Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah, Muhammad Nurul Yamin, di Yogyakarta, Rabu 27 Januari 2016.
Nurul Yamin memerkuat argumennya dengan MUI yang menyatakan organisasi tersebut menyimpang. Bahkan, sejumlah anggotanya menjadi tidak menjalankan ajaran kepercayaannya dengan baik.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Dalam konteks demikian, eks Gafatar sebetulnya adalah korban eksploitasi ideologi dan manipulasi kepentingan kelompok tertentu melalui beragam aktivitas sosial yang dilakukan," kata Nurul Yamin.
Menurutnya, yang patut menjadi catatan, yakni eks anggota Gafatar berlatar belakang beragam, baik dari sisi usia maupun jenis kelamin. Dari sisi, pekerjaan pun dari pengangguran, PNS, dokter, pegawai bank, bahkan mahasiswa juga bisa masuk.
Baginya, fakta tersebut menunjukkan keterlibatan para eks Gafatar memiliki beragam motif dan bisa dikategorikan dalam tiga kelompok. Pertama, kelompok inti yang terdiri para pendiri dan elit organisasi Gafatar. Kedua, kader yang menjadi perekrut dan juga merangkap pimpinan di daerah. Ketiga pengikut, yaitu yang kesertaannya lebih banyak karena faktor bujukan dari pada kesadaran dirinya.
Ia mengungkapkan MPM PP Muhammadiyah bersedia memberikan pendampingan yang holistik dan terintegrasi kepada eks anggota Gafatar. Pendampingan, kata dia, ditujukan akan bisa membantu para eks Gafatar kembali terjun sediakala di Masyarakat.
"Maka pendekatan masalah eks Gafatar ini pun meski dilakukan secara holistik dan terpadu. Secara ekonomi perlu pendampingan ekonomi, seperti pertanian, industri kecil, dan lain-lain. Secara sosial perlu diberikan ruang eksistensi diri dengan memberikan kesempatan memberikan sumbangsih sosial melalui aktivitas sosial keagamaan yang jelas arahnya," ujarnya.
Selain hal itu, tambahnya, faktor teologis dan ideologis juga diperlukan dalam proses penyadaran melalui dialog dan pembinaan keagamaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)