Kegiatan yang dihadiri perwakilan 59 kabupaten/kota itu, Wali Kota Semarang juga didapuk sebagai narasumber dalam lokakarya "Peningkatan Kualitas Publik" bersama dua narasumber lainnya, yakni Imam Prasodjo dan Aviliani.
Kepala Bagian Humas Sekretariat Daerah Kota Semarang Achyani menyebutkan, pelayanan publik rapih sejak Hendi dilantik pada 17 Februari 2016. Banyak inovasi dan terobosan.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Inilah yang menjadi salah satu faktor keberhasilan Kota Semarang mampu meraih nilai tertinggi di Indonesia dengan poin 89,65 dari hasil evaluasi pelayanan publik yang dilakukan Kemen PAN-RB," kata Achyani seperti dikutip Antara, Kamis 2 Maret 2017.
Menteri PAN-RB Asman Abnur menyampaikan pelayanan publik di Kota Semarang sudah bagus sehingga tidak usah jauh-jauh studi banding ke luar negeri dan mengubah istilah studi banding menjadi studi tiru.
Asman berpesan pejabat publik mengubah pola pikir sebagai penguasa menjadi pelayan masyarakat. Wali Kota Semarang Hendi mengatakan, untuk mewujudkan pelayanan publik yang baik harus disertai revolusi birokrasi.
"Percuma saja kalau sistem pelayanan publiknya diubah, tetapi budaya pelayanan publiknya masih sama. Perlu revolusi birokrasi juga," kata Hendi sosok kelahiran Semarang, 30 Maret 1971, itu.
Setidaknya, kata dia, ada empat faktor penyebab pelayanan publik tidak berjalan baik, yakni masyarakat yang apatis, pejabat yang oportunis, pemerintahan yang normatif, dan pelayanan publik yang represif.
"Semarang menerapkan SMART, yakni systemic (terhubung sistem), monitorable (terbuka dapat dimonitor), accessible (dapat diakses kapan dan di mana saja), reliable (berkomitmen penuh dan dapat dipercaya), dan timebound (menetapkan batasan waktu pada setiap bentuk pelayanan)," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ALB)